Find Us On Social Media :

Serangan DNS Meningkat Di Asia, Waspadai Dampak Pada Bisnis dan Brand

By Liana Threestayanti, Rabu, 19 Juni 2019 | 16:30 WIB

Serangan terhadap DNS akan terus meningkat.

Selain itu, pencurian data melalui DNS terus menjadi masalah. Untuk mencegah disrupsi, 31% organisasi menyatakan akan memprioritaskan pengamanan network endpoint dan 29% menyuarakan keinginannya untuk mendapatkan solusi DNS traffic monitoring yang lebih baik.

“Hasil survei ini termasuk yang terburuk dalam lima tahun riset yang kami lakukan, tapi kabar baiknya adalah bisnis semakin memahami pentingnya DNS. Organisasi yang termasuk mainstream sudah mulai menempatkan DNS sebagai bagian utama dalam strategi keamanannya untuk membantu dalam threat intelligence, policy control, dan automasi, dan bisa menjadi fondasi yang bagus untuk zero trust,” David Williamson, CEO of EfficientIP.

Zero trust merupakan model keamanan TI yang menerapkan verfikasi ketat terhadap identitas setiap orang dan perangkat yang mencoba mengakses sumber daya dalam satu private network, tanpa memandang apakah orang dan perangkat itu berada di dalam atau di luar perimeter jaringan.

Prinsip zero trust tidak mengijinkan adanya lalu lintas paket di jaringan yang dipercaya atau menghilangkan konsep trusted network dan untrusted network. Dengan demikian sistem keamanan di data center harus dapat memverifikasi seluruh pengguna dan mengamankan semua perangkat TI dengan melakukan pembatasan dan pengawasan ketat terhadap akses pengendalian serta memberikan seluruh rekam jejak (log) pada lalu lintas jaringan (network traffic).

Tiga Dampak Utama Serangan DNS Tahun 2019

Downtime aplikasi in-house

63%

Kerugian bisnis

27%

Kerusakan brand

26%

Biaya Serangan Per Negara