Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut ada dua masalah utama dari pengembangan teknologi khususnya terkait teknologi antariksa di Indonesia, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) dan anggaran.
Ketua LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan masalah SDM bukan berarti Indonesia tidak mampu menghasilkan talenta teknologi yang mumpuni tetapi juga masalah perekrutan.
"Problem (masalah) utama dari pengembangan teknologi di Indonesia ada dua, pertama dari segi SDM dan anggaran. Tapi SDM itu bukan berarti bangsa Indonesia tidak mampu, itu hanya masalah rekrutmen kita karena setidaknya LAPAN ini sebagai instansi pemerintah tentu rekrutmen lebih ke arah ASN [Aparatur Sipil Negara]," kata Thomas.
"Dan lagi-lagi kalau ditelusuri, lagi ujung-ujungnya ke anggaran juga," sambungnya.
Thomas mengatakan masyarakat Indonesia memiliki minat yang tinggi terhadap bidang antariksa.
"Banyak talenta lulusan dari jurusan sains dan teknologi yang ada di LAPAN dan dilatih untuk mengembangkan teknologi antariksa," ucapnya.
Thomas pun mencontohkan sekitar tahun 2000 pimpinan LAPAN sempat memutuskan untuk mempercepat penguasaan teknologi satelit. LAPAN mengirimkan belasan teknisi ke Jerman dan dibimbing oleh salah satu profesor dengan syarat LAPAN menyediakan anggaran.
Baca Juga: Cetak Startup, Gojek dan UI Dukung Program Akselerator UI Works
"Waktu itu pimpinan LAPAN berkomitmen untuk menyediakan anggaran, sebut saja untuk mengirimkan belasan sekitar 15 atau 16 muda engineer ke Jerman. Diberikan biaya termasuk untuk membayar profesor, kemudian untuk membeli komponen-komponen satelitnya lalu dilatih di sana," tuturnya.
Hasil dari bimbingan bersama profesor Jerman itu, belasan teknisi LAPAN berhasil membuat satu satelit yaitu satelit LAPAN A1 yang diluncurkan tahun 2007 silam.
Kemudian teknisi LAPAN pulang ke Indonesia dan membangun pusat teknologi satelit di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat.
Keberhasilan para teknisi LAPAN itu menurut Thomas sebagai wujud dari ketekunan teknisi saat dilatih membuat sebuah satelit.
"Jadi kalau disebut kemampuan SDM-nya, sesungguhnya kita mampu engineer LAPAN itu dilatih cepat sekali. Kekurangan yang saya sebut tadi yaitu kekurangan SDM bukan dari segi kemampuan tapi dari segi jumlahnya. Kebetulan kita mendapat kesempatan mendapat SDM yang cukup dan ditambah dengan anggaran, maka kita bisa berlari lebih cepat lagi," pungkasnya.
"Orang-orang kita sebenarnya cepat sekali dilatih, dari segi kecerdasannya tidak kalah. Asal itu dibimbing dan dibina untuk bisa menguasai teknologi-teknologi tinggi," pungkas Thomas.
LAPAN mengakui pihaknya masih harus mencari talenta yang berminat dalam industri antariksa. Pasalnya, SDM yang bekerja di teknologi satelit LAPAN kurang dari 100 orang dan khusus teknisi hanya puluhan orang.
Baca Juga: Faktor ini Diprediksi Genjot Penjualan Ponsel Lipat pada 2024