Find Us On Social Media :

AS Perpanjang "Nafas" Huawei Pakai Android selama 90 Hari ke Depan

By Adam Rizal, Rabu, 21 Agustus 2019 | 09:30 WIB

A staff member is seen inside a Huawei retail store in Shanghai, China May 8, 2019. Picture taken May 8, 2019. REUTERS/Stringer ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN CHINA.

Saat ini nama Huawei masuk ke dalam daftar hitam perdagangan AS pada Mei lalu, pemerintah AS memberikan penangguhan hukuman selama 90 hari.

Dalam waktu 90 hari itu Huawei masih diperkenankan untuk membeli komponen buatan Amerika Serikat, memperbarui perangkat lunak untuk handset, serta melakukan pemeliharaan peralatan jaringan.

Berdasarkan perhitungan, waktu penangguhan tersebut seharusnya telah berakhir pada Senin (19/8/2019).

Namun tampaknya pemerintah AS masih akan memberikan nafas tambahan bagi perusahaan asal China tersebut.

Menurut seorang sumber yang enggan disebutkan identitasnya, pemerintah AS disebut memberi perpanjangan izin bisnis Huawei di AS selama 90 hari ke depan.

Artinya, hukuman yang dijatuhkan pada Huawei masih belum akan berlaku dalam tiga bulan ke depan, atau setidaknya sampai pertengahan bulan November mendatang.

Huawei mendapat pemboikotan dari pemerintah AS karena dituduh menjadi ancaman keamanan nasional.

Huawei dituduh memata-matai AS dan memberikan data tersebut ke pemerintah China seperti dikutip Phone Arena.

Tentu saja, Huawei pun telah menyangkal tuduhan ini berulang kali. Bahkan Chairman Huawei, Liang Hua juga berkali-kali menawarkan penandatanganan kontrak "No-Spy" agar pemerintah AS mau mempercayainya.

Meski kebijakan itu terlihat akan merugikan Huawei, nyatanya pihak yang mengalami kerugian justru adalah perusahaan asal AS itu sendiri.

Posisi Huawei sejatinya sudah menjadi rekan bisnis yang sangat penting dan menjadi "pelanggan tetap" bagi perusahaan pemasok komponen yang berasal dari Amerika Serikat.

Pada tahun 2018 lalu Huawei tercatat menghabiskan lebih dari 11 miliar dollar AS untuk berbelanja komponen dari perusahaan AS, dan itu pun menjadi lumbung keuntungan bagi perusahaan seperti Qualcomm, Intel dan Micron yang bertindak sebagai pemasok komponen.