Rencana merger Telenor dan Axiata resmi batal. Kedua operator itu telah mengumumkan rencana pembatalan merger di website resmi mereka masing-masing.
Telenor menuliskan Axiata Group Berhad dan Telenor Group telah sepakat mengakhiri diskusi aset telekomunikasi dan infrastruktur mereka di Asia.
"Selama empat bulan terakhir, kedua pihak telah mengerjakan uji tuntas dan penyelesaian perjanjian transaksi yang harus diselesaikan dalam kuartal ketiga 2019. Karena beberapa kompleksitas yang terlibat dalam Proposed Transaction, para pihak telah sepakat untuk mengakhiri diskusi," tulis pernyataan resmi Telenor.
Pernyataan serupa pun diunggah oleh Axiata dalam laman resminya. Namun, Axiata menambahkan batalnya merger ini tidak akan mempengaruhi grup dalam mencapai target 2022.
Ketua Axiata Tan Sri Ghazzali Sheikh Abdul Khalid mengatakan perusahaan mengakui dasar pemikiran strategis yang kuat dari Proposed Transaction dan sama-sama menyadari tingkat kompleksitas dari kesepakatan semacam itu yang meluas di sembilan negara dan 14 entitas utama.
"Terlepas dari sinergi yang diungkapkan dari merger, kami yakin bahwa penghentian Proposed Transaction tidak mempengaruhi grup dalam mencapai ambisi juara digital," ujarnya dalam keterangan resmi.
Sebelum resmi batal, pembahasan kedua grup perusahaan telekomunikasi ini terbilang alot. Ada beberapa kendala seperti isu minyak sawit yang mengganjal antar keduanya.
XL di Indonesia
Axiata Group menyatakan merger Axiata dan Telenor tidak akan berpengaruh terhadap bisnis XL Axiata di Indonesia.
Merger tersebut bahkan membuka peluang kepada Axiata untuk berinvestasi lebih besar lagi di Indonesia.
"Tidak ada dampak (di Indonesia), bahkan kami akan berinvestasi lebih besar lagi di Indonesia," kata juru bicara Axiata.
Setelah merger, Telenor dan Axiata akan membentuk perusahaan baru dengan porsi kepemilikan Telenor 56,5 persen dan Axiata 43,5 persen. Perusahaan baru tersebut akan menjadi pemilik saham mayoritas di XL Axiata.