Saat mengirim lamaran kerja, seringkali pelamar menambahkan skill atau keterampilan yang dimiliki sebagai informasi pendukung.
Tak jarang untuk memperkuatnya, pelamar juga melampirkan sertifikat pelatihan, menandakan ketrampilannya bukan abal-abal.
Namun bagaimana dengan para perekrut yang menjaring calon pegawainya melalui platform jaringan profesional semacam LinkedIn?
Sejauh ini belum ada fitur untuk mengunggah sertifikat keterampilan yang dimiliki. Namun, perusahaan yang bernaung di bawah Microsoft itu kini punya alternatif baru untuk meyakinkan perekrut bahwa skill yang dimiliki calon pegawai incarannya tidak asal sekadar tulisan.
Alternatif tersebut adalah fitur baru bernama Skills Assessments. Seperti namanya, fitur ini akan memberikan penilaian keterampilan yang dimiliki pengguna LinkedIn.
Keterampilan dinilai dari hasil tes pilihan ganda yang mencakup 75 bidang, termasuk software, Adobe Photoshop, bahasa pemrograman seperti Java, atau skill yang umum diandalkan para pelamar, Microsoft Office.
Tidak disebutkan berapa jumlah pertanyaan pilihan ganda yang diberikan. Namun untuk bisa lulus asesmen, pengguna harus bisa menjawab 70 persen pertannyaan tersebut.
Emrecan Dogan, Group Product Manager divisi Talent Solution LinkedIn, mengklaim bahwa pertanyaan ini dibuat para ahli sesuai bidangnya.
Apabila lulus, pengguna akan mendapatkan lencana untuk menandai bahwa skill yang dimiliki telah teruji, setidaknya menurut LinkedIn.
LinkedIn juga akan menyarankan perusahaan yang akan disesuaikan hasil asesmen ketrampilan ini. Namun, mereka tetap harus mengambil ujian lagi di tahun depan. Jika gagal, pengguna harus mengulang ujian hingga akhirnya lulus.
LinkedIn mengatakan hasil asesmen tidak akan ditampilkan di profil. Sayangnya, LinkedIn belum memiliki teknologi atau fitur khusus untuk memvalidasi bahwa hasil tes tersebut murni dikerjakan oleh pemilik akun, bukan dikerjakan orang lain atau hasil menyontek seperti dikutip Tech Crunch.
Namun kemungkinan, penyebarannya belum merata dan akan dilakukan secara bertahap. Apabila telah menerima pembaruan, fitur ini akan muncul di bagian profil dan endorsement.
Pertanyaan yang diajukan dalam tes ini berbasis Bahasa Inggris. Namun Dogan mengatakan, apabila fitur ini memiliki pengaruh yang signifikan, LinkedIn akan menambah bahasa lain ke depannya.
Sebelum bergabung dengan LinkedIn, Dogan merupakan pendiri ScorBeyond, sebuah perusahaan penyedia layanan uji coba masuk perguruan tinggi berbasis online.
Perusahaan ini kemudian diakuisisi LinkedIn tahun lalu untuk menghadirkan fitur Skill Assessments.
Munculnya fitur ini konon didasarkan pada survey internal LinkedIn yang menemukan bahwa 69 perekrut lebih tertarik dengan skill calon pegawainya ketimbang melihat gelar pendidikan.
Fitur ini disebut telah diuji coba oleh 2 juta pengguna LinkedIn sebelumnya saat masih program beta. Pengguna LinkedIn kini diklaim mencapai 650 juta dan tersebar di 200 negara di seluruh dunia.