Potensi industri game online tampaknya akan semakin tumbuh seiring perkembangan dunia teknologi yang kian masif.
Demikian diungkapkan Head Digital Services and Software Secure Power Schneider Electric, Chi Sen Gay, di acara Life at the Edge di Sands Expo & Convention Center, Singapura.
"Setelah era playstation memudar, sekarang game online menjadi magnet baru bagi generasi muda saat ini," ujar Chi Sen Gay.
Dilihat dari perspektif data center, lanjut Chi, pertumbuhan game online yang sangat masif itu laksana pisau bermata dua, meski game online punya banyak kemudahan untuk dimainkan.
Bermodalkan telepon pintar dan jaringan internet, game online sudah bisa dinikmati oleh banyak orang.
Namun, seiring bertambahnya pengguna game online, kemungkinan game tersebut down juga semakin besar.
"Saat bermain terkadang ada momen di mana game tersebut macet, bahkan mati secara tiba-tiba. Inti dari permasalahan tersebut ada pada sistem cloud yang menaungi data game," jelas Chi.
Chi mengatakan, cloud merupakan sistem komputasi tak terlihat yang berbasis seperti layaknya awan. Fungsi dari cloud ini untuk menyimpan dan mengolah data secara real time.
Memang, cloud merupakan sistem terpadu dalam pengolahan data, tetapi sifatnya terbatas.
"Cloud digunakan oleh banyak user sehingga bila digunakan secara bersamaan akan mengurangi kecepatan pembacaan data," terang Chi.
Adapun solusi dari kendala tersebut, ungkapnya, adalah memanfaatkan sistem komputasi Edge dengan cara desentralisasi cloud dan menyebar kapasitasnya.
"Desentralisasi berarti tidak terpusat sehingga data yang dikelola oleh satu cloud dengan cloud lainnya tidak tabrakan. Penyimpanan dan pengelolaan data game pun menjadi lebih ringan. Alhasil, game yang dimainkan akan terhindar dari masalah laging," jelasnya.
Namun, Chi menambahkan, sistem Edge tak lepas dari tantangan lain berupa pemeliharaan data center yang semakin tersebar.
"Semakin banyak data center yang digunakan, beban kerja teknisi teknologi informasi (IT) yang standby juga semakin berat. Jangan sampai bila ada masalah di satu titik penyelesaiannya lama karena harus menunggu teknisi IT memperbaikinya," imbuh Chi.
Untuk itu, ujarnya, perlu bagi industri untuk menggunakan sistem data center terpadu seperti yang dimiliki Schneider Electric dengan EcoStruxure-nya.
Chi menuturkan, teknologi EcoStruxure mampu mengoptimalkan performa infrastruktur jaringan, memitigasi masalah sebelum terjadi, dan memungkinkan perangkat (device) sesuai dengan ekosistemnya.