Find Us On Social Media :

Tak Hanya Nadiem, Ini 10 Tokoh Teknologi yang Masuk Dunia Pemerintahan

By Adam Rizal, Kamis, 24 Oktober 2019 | 16:00 WIB

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim

Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (Mendikbud).

Nadiem Makarim sendiri memiliki latar belakang di bidang teknologi dan sukses membesarkan perusahaan ride sharing Gojek.

Di tangan Nadiem, Gojek sukses menjadi startup Indonesia pertama yang berstatus Decacorn. Gojek pun turut berkontribusi kepada pencipataan lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi digital di Indonesia.

"Saya selalu ditanya apa rencana 100, sejujurnya saya tidak punya rencana 100 hari. Tapi saya akan duduk dan mendengar serta berbicara dengan pakar-pakar yang ada di hadapan saya saat ini," ujar Nadiem saat memberikan sambutan pada acara serah terima jabatan di Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2019.

"Saya sudah mempersiapkan diri. Saya mohon kepada semua Dirjen Dikbud dan Dikti untuk bersabar dengan saya. Walaupun bukan dari kalangan pendidikan. Saya murid yang baik, belajar dengan baik," katanya.

Ternyata tak hanya Nadiem, tokoh teknologi yang tertarik dan nyemplung ke dunia politik dan pemerintahan. Berikut daftarnnya. 1.Jack Ma

Jack Ma, pendiri Alibaba

Miliarder asal China, Jack Ma, ternyata merupakan seorang anggota partai pemerintah China, Communist Party of China (CPC). Informasi itu resmi dipublikasikan oleh surat kabar milik partai tersebut.

Kabar itu membantah asumsi publik selama ini jika sang pemilik Alibaba tak bersentuhan dengan politik.

Dalam sebuah artikel disebutkan, Jack Ma bersama Robin Li pendiri Baidu, dan Pony Ma dari Tencent, masuk ke dalam daftar 100 orang dari partai pemerintah yang akan mengikuti proses seleksi penghargaan.

Penghargaan tersebut ditujukan bagi para pendiri raksasa teknologi yang berjasa memberikan kontribusi bagi negara untuk reformasi dan keterbukaan. Belum diketahui alasan surat kabar tersebut baru sekarang mengafiliasikan nama Ma dan partai pemerintah China.

Tidak pula disebutkan kapan Jack Ma resmi bergabung dengan partai itu. Namun, berita ini muncul di tengah dorongan Beijing untuk membawa perusahaan swasta agar sejalan dengan nilai-nilai partai, khususnya perusahaan teknologi yang tumbuh sangat pesat.

Jack Ma, merupakan orang terkaya di dunia dengan kekayaan 35,8 miliar dollar AS (sekitar Rp 519,4 triliun), versi majalah Forbes seperti dikutip CNBC.

2. Robin Li

Robin Li (Pendiri Baidu)

Selain Jack Ma, pendiri Baidu Robin Li juga terdaftar sebagai anggota partai komunis. Di tangan Li, Baidu akan meluncurkan armada robotaxi terbesar China di Changsha, ibu kota provinsi Hunan, yang menggunakan teknologi kemudi otonom dan infrastruktur jalan besutan Baidu.

Sejak didirikan hampir dua dekade lalu, Baidu memang telah melebarkan sayapnya dari salah satu mesin pencarian terbesar di dunia hingga perusahaan teknologi yang mengeksplorasi kecerdasan buatan.

Tak mau kalah dengan Google, Baidu berhasil memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan dalam bisnisnya, termasuk di bidang otomotif dan mobilitas di China.

Bersama sejumlah nama besar seperti Jack Ma dan Pony Ma, Li dipandang sebagai pelopor teknologi terkemuka Negeri Tirai Bambu dan kapten industri internet domestik.Taipan itu ditaksir memiliki nilai kekayaan mencapai lebih dari US$6 miliar.

3. Ma Huateng atau Pony Ma

Ma Huateng, pendiri Tencent

Tokoh teknologi asal Asia yang terjun ke dunia politik adalah pendiri dan bos Tencent Ma Huateng atau Pony Ma. Ma Huateng merupakan pendiri perusahaan Tencent berasal dari China.

Ma Huateng memiliki harta USD 37 miliar atau sekitar Rp 518 triliun menjadi orang terkaya kedua di China. Tencent merupakan salah satu perusahaan game online terbesar di dunia. Salah satu produk yang ia ciptakan yaitu WeChat menjadi aplikasi pesan yang terkemuka dan sering dipakai oleh masyarakat China yang merupakan peringkat teratas jumlah penduduk dan pengguna internet terbanyak di dunia.

4. Terry Gou

Terry Gou, chairman Foxconn yang mengajukan diri sebagai calon presiden Taiwan

Chairman Foxconn, Terry Gou, secara resmi mengumumkan rencananya ikut pemilihan presiden Taiwan yang akan berlangsung tahun depan. Terkait rencana ini, Gou juga akan mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai pimpinan tertinggi perusahaan perakitan elektronik terbesar di dunia tersebut.

Gou sendiri sebenarnya tidak memiliki pengalaman di dunia politik. Akan tetapi, Gou dikabarkan memiliki kedekatan khusus dengan pemerintah China. Gou juga mengikuti pemilihan presiden tahap awal melalui jalur partai Kuomintang, yang dikenal sebagai partai oposisi pro-China.

Masalah ekonomi dan hubungan dengan China memang menjadi isu utama pemilu Taiwan di tahun 2020 ini. Saat ini, Taiwan menghadapi masalah pengangguran yang cukup berat, dengan tingkat pengangguran sebesar 12% untuk angkatan kerja 20-24 tahun.

5. Elon Musk

Elon Musk (CEO Tesla X)

Pendiri sekaligus CEO SpaceX dan Tesla ini sempat menjadi anggota tim bentukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia membidangi sektor strategi dan kebijakan serta inisiasi pembangunan.

Sempat berharap kehadirannya bisa mengubah pemikiran Trump tentang imigrasi dan perubahan cuaca, ia akhirnya keluar dari tim ini. Padahal, mungkin saja kedekatannya dengan Gedung Putih bisa lebih melancarkan proyek SpaceX dan moda transportasi ambisiusnya, Hyperloop.

6. Ron Conway

Ia dikenal sebagai Godfather-nya Silicon Valley karena menjadi tokoh sentral suntikan dana ke ratusan perusahaan teknologi seperti Twitter, Zynga, sampai Airbnb. Di samping itu, Conway juga loyal memberikan uangnya untuk kepentingan politik.

Tahun 2012, contohnya, ia merogoh jutaan dollar kantonya untuk pemilu San Francisco, termasuk US$275.000 (Rp3,8 miliar) untuk melancarkan balot pengurangan pajak untuk perusahaan teknologi yang ia investasikan.

7. Ginni Rometty

Sebagai satu dari sedikit wanita paling berpengaruh di industri teknologi ditambah lagi posisi kuncinya di IBM sebagai presiden dan CEO, Rometty telah direkrut Trump bahkan sebelum ia memenangkan pemilu. Ia kemudian diangkut sebagai anggota Strategic and Policy Forum.

Melansir Recode.net (16/08/2017), Rometty disebut sengaja masuk ke administrasi Trump demi mendongkrak penjualan sekaligus produk dan teknologi dari IBM. Sayang, beberapa pegawainya sendiri tidak suka dengan strateginya.

8. Brian Chesky

Di bawah komandonya, Airbnb tahun 2015 lalu menghabiskan lebih dari US$8 juta (Rp111 miliaran) untuk melawan rencana pelarangan penyewaan rumah dalam durasi pendek di San Francisco. Menariknya, tak cuma mitra Airbnb yang bakal terdampak jika layanan ini direalisasikan, tetapi juga mereka yang menyewakan rumahnya di platform lain macam Craigslist.

Tahun ini, Chesky dan Airbnb memberikan dukungan dana terhadap politisi Gavin Newsom yang tengah berjuang menjadi Gubernur California. Newsom sendiri merupakan politisi yang membantu penggagalan aturan pelarangan sewa rumah short time tiga tahun lalu itu.

9. Travis Kalanick

Travis Kalanick, mantan CEO Uber yang mengucurkan dana ke Kargo.tech

Mantan CEO Uber ini juga sempat berada di tim yang sama dengan Musk. Di tim itu, pengalaman Kalanick sebagai pentolan perusahaan teknologi multi-nasional diharapkan mampu membantu banyak hal, seperti transformasi sosial dan teknologi.

Ia kemudian meninggalkan posnya setelah ditentang oleh para pegawai dan pengguna Uber. Kalanick merupakan anggota dewan penasihat Trump yang pertama kali mundur.

10. BJ Habibie

Apa itu Teori Crack?, Teori BJ Habibie di Industri Dirgantara

Selain Nadiem, Indonesia memiliki tokoh teknologi lainnya yang masuk ke dunia politik yaitu  Presiden Indonesia ke-3, Baharuddin Jusuf Habibie.

BJ Habibie, dalam buku biografi yang berjudul The True Life of B.J. Habibie disebut sebagai Bapak Teknologi Indonesia. A. Makmur Makka menuliskan bahwa pemikiran-pemikiran Habibie yang high-tech mendapatkan respon baik dari Presiden ke-2 Soeharto.

Bisa dikatakan bahwa Soeharto mengagumi pemikiran Habibie, sehingga pemikirannya dengan mudah disetujui pak Harto.

Pada 26 April 1976, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjadi industri pesawat terbang pertama di Kawasan Asia Tenggara. Nurtanio merupakan Bapak Perintis Industri Pesawat Indonesia.

Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985, sebelum direstrukturisasi menjadi PT Dirgantara Indonesia  pada Agustus 2000.

BJ Habibie kemudian menjadi Menteri Riset dan Teknologi selama tiga periode dari 1983-1998, sebelum menjadi Wakil Presiden pada 1998 sampai terjadi Reformasi yang melengserkan Soeharto sebagai presiden. Habibie kemudian menggantikan sebagai Presiden sampai Pemilu 1999.

Atas prakarsa Habibie, dibentuk PT Industri Strategis yang menjadi induk sejumlah persero termasuk IPTN,  PT PAL dan PT PINDAD.

Sejak pendirian industri-industri statregis negara, setiap tahun pada saat pemerintah Soeharto menganggarkan dana APBN yang cukup besar untuk mengembangkan industri teknologi tinggi. 

Anggaran yang sangat besar dikeluarkan sejak 1989 saat Habibie memimpin industri-industri strategis.