Twitter Inc memutuskan melarang iklan politik di platform mikroblog tersebut mulai November dan berlaku secara global.
"Kami memutuskan untuk menghentikan semua iklan politik di Twitter secara global," kata CEO Twitter Jack Dorsey dalam sebuah cuitan, yang kini sudah dihapus, dikutip dari Reuters, Jumat.
Dorsey beralasan pesan politik sewajarnya diperoleh, bukan dibeli. Twitter belum berkomentar mengenai kabar iklan politik ini.
Dorsey menilai iklan berbayar terkesan memaksakan "pesan politik ke orang-orang" yang dapat berakibat pada "risiko penting terhadap politik, yaitu dapat digunakan untuk mempengaruhi pemungutan suara dan akan berakibat pada kehidupan jutaan orang".
Twitter menilai iklan politik akan berseberangan dengan usaha mereka untuk memerangi informasi yang menyesatkan.
"Jika seseorang membayar kami untuk menargetkan dan memaksa orang untuk melihat iklan politik mereka, artinya, mereka bisa mengatakan apa pun yang mereka mau".
Kebijakan yang diambil Twitter bertolak belakang dengan Facebook yang justru tidak ingin menghalangi iklan politik di jejaring sosial tersebut.
Akun Bot
Akun bot kerap menjadi "senjata" bagi para pihak yang ingin mendongkrak sebuah kata kunci agar menjadi populer di Twitter.
Bahkan tak jarang akun bot dijadikan alat agar kata kunci tersebut bisa bertengger sebagai trending topic.
Terkadang, pengguna sulit untuk membedakan twit mana saja yang dikicaukan oleh akun bot atau bukan. Biasanya akun bot dapat berkicau secara otomatis dan dalam jumlah yang banyak sekaligus.
Nah, ternyata sebenarnya ada cara sederhana untuk membedakan kicauan dari akun bot atau dari manusia secara organik.
Menurut Dwi Adriansah, Country Industry Head Twitter Indonesia, cara mudah yang bisa dilakukan pengguna adalah dengan melihat dari perangkat apa twit tersebut dikicaukan.
"Coba buka satu twit, di situ nanti akan muncul dari mana twit ditulis. Misalnya 'Twitter for Android', atau 'Twitter for iPhone'," kata Dwi di kawasan Jakarta Pusat.
Ia melanjutkan, tanda itu menunjukkan bahwa twit yang dikicaukan berasal dari perangkat dan aplikasi yang resmi. Sebab biasanya akun-akun bot yang dapat berkicau secara otomatis, menggunakan aplikasi pihak ketiga, bukan aplikasi resmi.
"Di luar itu, bisa jadi memang ada kebutuhan lain yang diciptakan oleh pihak ketiga. Itu terlihat mana yang digunakan oleh manusia dan mana yang digunakan oleh platform lain," ungkap Dwi.
Dwi menekankan bahwa sebenarnya akun-akun bot itu sendiri tidak 100 persen negatif. Ada sejumlah akun yang dibuat untuk tujuan tertentu seperti misalnya untuk Customer Service atau informasi bencana.
"Tapi memang, abusive behavior dari pengguna memang pasti ada di mana-mana. Itu yang berusaha kami pastikan agar mempunyai pengguna yang sehat," pungkasnya.