Find Us On Social Media :

Ini Alasan Bisnis Cyber Security Bakal Segera Booming di Indonesia

By Adam Rizal, Selasa, 26 November 2019 | 16:00 WIB

President Director Telkomtelstra Erik Meijer

Bisnis keamanan siber (cyber security) bakal segera booming menyusul makin pesatnya perkembangan digital transformasi di Indonesia.

Seluruh perusahaan di Indonesia telah berlomba-lomba untuk mengadopsi digital transformasi sehingga dibutuhkan layanan untuk melindungi data digital.

Hal itu disampaikan Erik Meijer, President Director Telkomtelstra, dalam Telkomtelstra Digital Summit 2019 di Jakarta.

"Cyber security service itu agak aneh. Di seluruh dunia sedang booming business, sementara di Indonesia masih awal-awalnya. Nah ini saya yakin akan segera booming, dengan semua perusahaan masuk ke digital, pasti peluang hacker meningkat. Jadi cyber security sangat penting," katanya.

Menurut Erik, Telkomtelstra juga memiliki layanan cyber security yang baru dengan strategi integrasi ke operation center-nya Telkom.

"Itu dulu hanya dipakai untuk keperluan Telkom sendiri, sekarang sudah bisa digunakan oleh semua perusahaan. Itu canggih sekali. Bisa mendeteksi semua ancaman digital yang masuk kepada peralatan dan jaringan dari perusahaan tertentu," ungkapnya.

Telkomtelstra dalam acara tersebut juga memperkenalkan Managed Disaster Recovery (DR) sebagai bagian dari produk pengembangan cloud.

Melalui Managed DR Services, Telkomtelstra dapat mendukung pengelolaan proses perlindungan dan pemulihan data dari bencana, dan membantu meminimalkan risiko kehilangan data berharga di ekosistem cloud manapun, sehingga pelanggan dapat fokus pada bisnis inti.

"Sebagian besar organisasi IT menyadari perlunya solusi Disaster Recovery yang efektif di lingkungan cloud untuk meminimalkan downtime, mempertahankan kepatuhan, dan menjaga reputasi. Tetapi sangat sedikit yang memiliki waktu atau sumber daya tambahan untuk mengelola proses dengan standar tertinggi," kata Erik.

Terkait dengan kesuksesan dalam pengembalian investasi digital, Erik menilai tidaklah mudah menentukan pengembalian investasi (return on investment/RoI) untuk pengeluaran teknologi, karena ini merupakan proses kompleks yang tergantung pada persyaratan bisnis tertentu.

"Meski demikian, menerjemahkan teknologi ke dalam nilai bisnis dapat membantu perusahaan menentukan metrik untuk mengukur ROI organisasi berdasarkan kriteria tertentu, antara lain mengidentifikasi nilai pemilihan teknologi untuk produktivitas bisnis, menimbang hubungan antara legasi teknologi yang ada dengan inovasi yang dilakukan, serta memilih penyedia layanan pengelola yang sesuai untuk manajemen biaya operasional yang lebih baik," ujar Erik.

Telkomtelstra, menurut dia, dapat membantu organisasi bekerja lebih baik dan mempercepat produktivitas untuk memperoleh hasil yang lebih besar atau sama dengan sumber daya investasi.

"Ini adalah faktor kunci dalam kesuksesan digital transformasi," ucapnya.

Tantangan Transformasi Digital

Sementara itu, Mevira Munindra, Heads of Operations IDC Indonesia, menerangkan transformasi digital adalah sebuah perjalanan transformasi bisnis. Transformasi digital selanjutnya atau Digital Transformation (DX) 2.0 akan berbasiskan data.

IDC memperkirakan pada tahun 2022, 50 persen perusahaan di Indonesia akan membentuk digital-native platforms dengan Cloud, Mobility dan Big Data & Analytic sebagai teknologi utama untuk bisa bertahan dan berkompetisi di pasar ekonomi digital.

Seiring pesatnya perkembangan transformasi digital, menurut dia, terdapat empat tantangan utama yang perlu diperhatikan di Indonesia.

Sekitar 70 persen responden yang disurvey IDC menilai peta jalan strategis untuk investasi digital merupakan tantangan utama, disusul mengembangkan kemampuan dan keterampilan digital (65 persen), membangun struktur organisasi yang tepat (65%), dan menemukan key performance indicators (KPI) untuk mengukur kesuksesan digital (45 persen).

Karena itu, lanjut dia, selain membangun peta jalan strategis dan membangun struktur organisasi yang tepat, menciptakan KPI digital dinilai sebagai prioritas baru bagi perusahaan Indonesia.

"Pada 2023, 80 persen entitas di Asia Pasifik akan menggabungkan KPI digital baru yang berfokus pada tingkat inovasi produk/layanan, kapitalisasi data, dan pengalaman karyawan untuk menavigasi ekonomi digital," kata Mevira.

Agus F. Abdillah, Chief Products and Services Officer Telkomtelstra, menambahkan transformasi digital yang telah diadopsi perusahaan-perusahaan di Indonesia pasti terkait dengan tidak hal utama, yakni cloud, cyber security services, dan managed network services.

"Tanpa tiga hal itu, transformasi digital perusahaan rasanya agak sulit. Plus satu lagi, kalau people (sumber daya manusia/SDM) belum siap, maka Telkomtelstra siap bantu dengan consultancy services)," paparnya.