PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terus mengembangkan teknologi demi kelanjutan roda bisnisnya di Indonesia.
Tahun 2020 nanti, bank pelat merah ini menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk Teknologi Informasi (TI) lebih tinggi 13% dari yang dianggarkan tahun 2019 sekitar 1 triliun.
Itu artinya anggaran TI BUMN di tahun 2020 sekitar Rp 1,13 triliun.
Dadang Setiawan (Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI) mengatakan biaya TI yang akan dikeluarkan pada 2020 masih lebih berfokus untuk menunjang kepentingan bisnis serta mendukung pertumbuhan bisnis melalui ketersediaan sistem, pengembangan IT untuk enabler digital, infrastruktur, maupun jaringan komunikasi. Sementara hingga saat ini, serapan capex TI sampai akhir tahun Dadang perkirakan mencapai 90%.
"Serapan tersebut digunakan untuk pengembangan beberapa layanan seperti pengembangan API (Application Programming Interface) Management untuk solusi open banking, salah satunya new mobile banking, pembukaan rekening digital melalui video banking dan beberapa fitur baru," ungkap Dadang.
Dadang menjelaskan serapan biaya TI itu juga pada refreshment infrastructure, baik untuk sistem maupun network, guna mendukung peningkatan transaksi, serta penguatan kapabilitas Cyber Security.
"Untuk tahun ini, porsi untuk pengembangan produk dan fitur baru serta penguatan dan pemeliharaan sistem lebih besar jika dibandingkan untuk perluasan layanan." katanya.
Baca Juga: Teknologi AI dan Big Data Terbukti Tingkatkan Efisiensi Bank BNI
Fokus LinkAja
BNI pun menyatakan tidak akan melanjutkan rencana kerja sama dengan dua sistem pembayaran digital asal China, Alipay dan WeChat. BNI akan fokus mengembangkan fintech buatan bank-bank BUMN atau Himbara yakni LinkAja.
Direktur Utama Bank BNI Achmad Baiquni menjelaskan, LinkAja punya potensi yang cukup besar karena dikembangkan oleh anggota bank Himbara dan BUMN lainnya.
"Sementara kita belum, waktu itu pernah pilot project, tapi kita tidak teruskan lagi. Makanya fokus mengembangkan LinkAja dengan Himbara yang lain," kata Achmad Baiquni di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
LinkAja merupakan dompet digital yang dimiliki PT Telkomsel (anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM), empat bank BUMN, PT Pertamina (Persero), PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Danareksa (Persero).
LinkAja adalah bentuk transformasi dari T-cash yang sebelumnya digagas Telkomsel. Empat bank BUMN itu yakni BNI, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
Sementara, tiga bank, yakni Bank Mandiri, BNI dan BRI, menggenggam saham masing-masing 20%. Sementara, BTN dan Pertamina memegang masing-masing 7% dan Jiwasraya akan memegang 1% saham.
"Dulu kita belum memiliki [saham] LinkAja sekarang sudah," kata dia menambahkan.
Sebelumnya, Bank BRI, BNI, BCA dan Bank Mandiri tengah menjajaki kerja sama dengan Alipay dan WeChat.
Dalam kerja sama sistem pembayaran ini bank BUKU IV ini akan bertindak sebagai acquiring bank.
Adapun, kerja sama ini untuk melayani turus China yang masuk ke Indonesia. Alipay dan WeChat Pay belum bisa menggarap nasabah asal Indonesia secara langsung.
Baca Juga: Begini Cara Cairkan Saldo LinkAja Jadi Uang Tunai