Find Us On Social Media :

Peluang dan Tantangan Bisnis Industri Telko 2020

By Adam Rizal, Senin, 2 Desember 2019 | 17:00 WIB

Peluang Bisnis Industri Telko 2020

Pengapalan Hape

Seperti halnya service provider, industri device juga tumbuh signifikan. Menurut firma riset IDC, dalam dua kurtal terakhir, pengapalan smartphone di Indonesia meningkat pesat.

Masing-masing kuartal kedua 2019, mencapai 9,7 juta unit, tertinggi dalam sejarah. Sementara kuartal ketiga 2019, sebesar 8,8 juta unit.

Dengan animo pasar yang terus meningkat, bukan tidak mungkin penjualan smartphone di akhir 2019, bisa melampaui pencapaian 2018 yang mencapai 38 juta unit.

Startup

Di sisi lain, menjamurnya perusahaan rintisan teknologi (start up) di Indonesia merupakan bukti bahwa ekosistem ekonomi digital mulai tumbuh dengan baik.

Mengutip Startupranking.com, Indonesia menempati urutan keenam dunia dengan jumlah 1.902 startup, setelah AS, India, Inggris, Kanada, dan Jerman.

Dari banyaknya start up itu, beberapa sudah menjelma menjadi unicorn. Saat ini di ASEAN ada tujuh unicorn, empat di antaranya berasal dari Indonesia, masing-masing Bukalapak, Tokopedia, Traveloka dan OVO.

Bahkan sejak Juli 2019, GoJek telah menjelma menjadi decacorn, mengimbangi Grab, perusahaan teknologi asal Malaysia.

Ekonomi Digital

Prospek ekonomi digital juga tercemin dari semakin berkembangnya layanan berbasis IoT (Internet of Things) dan Big Data, FinTech (Financial Technology), e-commerce, mobile gaming, video/music streaming, logistik dan layanan digital lainnya.

Pertumbuhan ekonomi digital dipastikan akan jauh lebih baik, saat Indonesia kelak menggelar layanan 5G.

Dengan adanya 5G, akan berdampak pada sektor-sektor utama seperti manufaktur dan jasa sebagai kontributor terbesar perekonomian secara keseluruhan.

Meski menjadi bagian dari industri strategis dan menyumbang PNBP yang besar bagi negara setiap tahunnya, saat ini industri telekomunikasi sesungguhnya menghadapi tantangan yang tak ringan.

Hal itu merupakan imbas dari perubahan tren komunikasi dari komunikasi voice dan SMS ke komunikasi data berbasis aplikasi.

Tak dapat dipungkiri, kehadiran OTT terutama OTT asing, seperti Whatsapp, Line, Instagram, Facebook dan lainnya, semakin menggerus pendapatan operator.

Agresifitas OTT yang mengikis pendapatan dari layanan suara dan teks, dibarengi dengan kejenuhan pasar, membuat pertumbuhan operator menjadi tersendat.