Find Us On Social Media :

Jaringan 4G dan Perangkat IoT Rentan Dibobol Hacker, Ini Penyebabnya

By Adam Rizal, Kamis, 5 Desember 2019 | 15:30 WIB

Palo Alto Networks memperkenalkan Prisma, cloud security suite yang simpel, terintegrasi, dan menyeluruh.

Perusahaan solusi keamanan siber asal Amerika Serikat (AS), Palo Alto Networks menyebut celah keamanan konektivitas 4G masih terbilang rentan disusupi serangan siber pada 2020 seperti serangan malware, IP-spoofing, DDoS dan lainnya.

Field Chief Security Officer APAC Kevin O'Leary menjaga celah keamanan 4G dinilai menjadi tantangan bagi para operator telekomunikasi. Sebab, belum beragamnya standar keamanan untuk perangkat-perangkat berbasis long term evolution (LTE). Masalah keamanan 4G pun dinilai sebagai gambaran persoalan keamanan konektivitas 5G nantinya jika telah diterapkan secara masif.

"Jika tantangan ini tidak segera diantisipasi, selain mobile ISP akan menjadi titik sasaran serangan siber di kemudian hari, kemungkinan mereka juga akan menjadi tempat terbukanya celah vulnerability seperti pada sistem IoT yang tidak aman," katanya saat acara Palo Alto Networks 2020 di Sentral Senayan, Jakarta.

Selain itu, Palo Alto Networks mengutip catatan dari GSMA yang memprediksikan bahwa 4G masih akan menjangkau 68 persen pengguna tahun 2025 di kawasan Asia Pasifik. Sebab, masih tingginya pengadopsian model LTE di area pedesaan karena panjang gelombang yang dipancarkan oleh jaringan 4G lebih panjang dibanding 5G.

"Melihat masih minimnya uji coba pagelaran 5G yang sukses saat ini, pembangunan infrastruktur 5G diprediksikan baru akan terjadi secara masif dalam kurun waktu 10 tahun. Bahkan sejumlah negara APAC baru saja mencicipi teknologi 4G," terang O'Leary.

Palo Alto Networks juga menyebut perangkat yang didesain menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) rentan menjadi ladang serangangan siber pada 2020.

Menurut Director of Systems Engineering Palo Alto Networks Indonesia, Yudi Arijanto sejumlah perangkat IoT yang ada di pasaran tidak dibekali dukungan untuk pembaruan peranti lunak dan tambalan keamanan.

"Serangan Mirai Botnet beberapa waktu lalu berhasil menginfeksi berbagai jenis perangkat, mengobrak-abrik sejumlah layanan ternama global. Mereka menguak delapan celah kerentanan dan melengkapi daftar 18 vulnerability yang sudah berhasil mereka eksploitasi sebelumnya," tuturnya.

Lebih lanjut, malware mirai botnet membidik perangkat yang berada di lingkungan enterprise maupun di rumah-rumah seperti sistem persentasi nirkabel, set-top-box, SD-WAN hingga perangkat kontrol rumah cerdas.

Perusahaan asal Amerika ini memprediksi tahun 2020 bakal terjadi peningkatan jenis serangan melalui aplikasi dan skema log in yang lemah, mulai dari kamera pemantau (CCTV) di luar rumah yang terkoneksi.

Ancaman itu diprediksi bakal meluas dengan membanjirnya teknologi deep fake yang bisa digunakan untuk membobol pintu akses biometrik atau perangkat teknologi berbasis suara.

"Teknologi mimikri yang dahulu bermanfaat sebagai alat identifikasi berbasis biometrik untuk akses dan kontrol pada suatu sistem terkoneksi, kini penggunaannya justru malah berpotensi membawa akses yang luar biasa bagi sistem jaringan di lingkungan rumahan maupun perusahaan," jelas Yudi.