"Solusi ini dapat membaca pelanggan lebih banyak datangi rak barang yang mana saja dan rak mana saja yang sepi. Jadi para pemilik toko dapat menyiasati rak-rak yang sepi itu dengan cara baru yang menarik pelanggan," ujarnya.
Tak hanya itu, solusi smart retail juga dapat menghitung berapa banyak pelanggan yang datang ke toko Anda setiap harinya sehingga pemilik toko retail dapat memperhitungkan berapa banyak pramuniaga yang hadir.
"Solusi dapat memberikan Anda keputusan yang tepat berapa banyak pramuniaga yang disiapkan. Misal, jika hari-hari sepi, Anda bisa menggunakan sedikit pramuniaga dan ini dapat menghemat gaji pegawai," katanya.
Terakhir, smart manufacturing. GCR Indonesia memiliki banyak sensor-sensor IoT yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda terutama di sektor manufaktur.
Sensor-sensor IoT di industri manufaktur umumnya berbentuk tracking atau melacak. Kasus terkecil, GCR Indonesia memiliki sensor yang dapat mendeteksi tong-tong sampah di pabrik Anda, dimana posisinya, berapa banyak jumlah sampah dan kapan sampah itu harus diambil.
Kecepatan Teknologi
Andi mengatakan salah satu tantangan implementasi IoT di Indonesia adalah kecepatan teknologi. Indonesia sangat lambat mengadopsi teknologi baru. Contoh kasus, jaringan 5G.
Jaringan 5G memiliki peran besar dalam menghubungan perangkat IoT lantaran menawarkan kecepatan tingkat tinggi. Ironisnya, pemerintah Indonesia tidak ingin terburu-buru mengadopsi 5G di Indonesia.
Rencananya, pemerintah baru menggelar frekuensi 5G pada 2022. Padahal, China dan Korea Selatan telah mengimplementasikan 5G tahun ini.
"Teknologi itu perkembangannya cepat sekali di Indonesia. 2022 bukan lagi 5G, bisa saja 6G," ujarnya.