Find Us On Social Media :

Contoh Pemanfaatan Artificial Intelligence di Industri Otomotif

By Wisnu Nugroho, Sabtu, 4 Januari 2020 | 13:44 WIB

Ilustrasi aktivitas di pabrik otomotif

Teknologi Artificial Intelligence (AI) akan semakin krusial di masa depan. Hal ini tercermin dari laporan Gartner berjudul Deliver Artificial Intelligence Business Value yang memuat pendapat petinggi perusahaan dari berbagai industri terhadap pemanfaatan teknologi. 

Menurut laporan tersebut, responden secara konsisten menunjuk AI sebagai teknologi yang memiliki dampak terbesar bagi operasional perusahaan. Pemanfaatan AI dianggap akan memberikan dampak lebih signifikan dibanding teknologi lain seperti API, Internet of Things, atau Blockchain.

Teknologi AI pun bisa digunakan di berbagai industri, termasuk industri manufaktur. Hal ini diungkapkan Andhik Yudhi (IT General Manager Toyota Motor Manufacturing Indonesia) dalam kapasitasnya sebagai pengamat teknologi di bidang otomotif.

Menurut Andhik, tantangan industri otomotif saat ini adalah persaingan yang semakin ketat. Perusahaan otomotif dituntut meningkatkan produktivitas agar dapat menghasilkan produk yang kompetitif. Padahal di sisi lain, produktivitas di lini produksi saat ini sudah mendekati angka 100%. Karena itu, pendekatan berbasis teknologi seperti AI menjadi penting. “Karena jika dilakukan secara manual, sudah tidak mungkin” ungkap Andhik.

Salah satu contoh implementasi AI di industri otomotif adalah visual inspection untuk komponen camshaft. Sekadar informasi, camshaft adalah komponen di dalam mesin mobil yang berfungsi mengatur bukaan valve. Karena fungsinya yang krusial, sebuah camshaft harus memiliki kualitas yang sangat tinggi. Kualitas sebuah camshaft ditentukan oleh keberadaan defect yang ukurannya berkisar di kisaran mikrometer. 

Selama ini, inspeksi camshaft dilakukan secara manual oleh teknisi terlatih. Akan tetapi, cara ini memiliki beberapa keterbatasan. Contohnya, proses pemeriksaan manual membutuhkan waktu sekitar 65 detik. Pemeriksaan manual juga menimbulkan kelelahan mata bagi para teknisi, sehingga mereka harus diganti setiap dua jam. Menciptakan talenta untuk inspeksi juga tidak mudah. “Butuh waktu tiga bulan untuk melatih kemampuan seperti itu” cerita Andhik. 

Keterbatasan inilah yang coba diatasi dengan teknologi visual inspection berbasis AI. Konsep dasar solusi ini adalah adanya mesin berkamera yang dapat “melihat” defect di sebuah camshaft. Harapannya mesin ini akan memiliki ketelitian layaknya teknisi terlatih, sehingga dapat memutuskan apakah camshaft tersebut memenuhi syarat atau tidak. 

Agar mesin dapat mendeteksi kualitas camshaft, tahapan proses dimulai dengan menciptakan sistem otomasi untuk visual capture. Setelah itu, perlu dikembangkan data model AI untuk “mengajarkan” mesin agar bisa membedakan camshaft yang lulus standar dan tidak. Setelah proses pembelajaran dianggap memadai, mesin itu mulai melakukan inspeksi dengan didampingi teknisi terlatih.