Find Us On Social Media :

WhatsApp Mulai Cari Untung, Facebook Bakal Intip Isi Chatting Pengguna

By Adam Rizal, Jumat, 10 Januari 2020 | 16:00 WIB

Ilustrasi WhatsApp

Selama ini Whatsapp mengadopsi sebuah fitur bernama enkripsi ujung-ke-ujung (end-to-end encryption) untuk melindungi privasi dan data pengguna. Jadi, semua isi pesan di dalam Whatsapp hanya bisa dilihat oleh pengirim dan penerima saja.

"End-to-end encryption WhatsApp memastikan bahwa hanya Anda dan orang yang berkomunikasi dengan Anda yang dapat membaca pesan yang telah dikirim, dan tidak ada orang lain yang bisa baca, bahkan WhatsApp," jelas Whatsapp di websitenya.

Namun ketika Facebook berupaya memonetisasi Whatsapp dengan iklan, banyak pengamat yang meragukan sistem enkripsi akan dipertahankan karena Facebook memiliki kepentingan komersial untuk meraup uang di dalam Whatsapp.

Jika iklan ditarget diimplementasikan maka Facebook butuh membaca, melacak percakapan dan mengumpulkan data dari WhatsApp kamu. Itu artinya fitur end-to-end encryption terancam dicabut.

"Tantangannya adalah enkripsi ujung-ke-ujung WhatsApp, yang menghentikan WhatsApp dan Facebook untuk membaca pesan," jelas Forbes, (9/1/2020).

Seorang juru bicara WhatsApp mengatakan bahwa iklan pada status di Whatsapp akan tetap terjaga keamanannya, "pesan akan tetap terenkripsi ujung-ke-ujung. Tidak ada rencana untuk mengubahnya," dalam sebuah wawancara dengan Forbes tahun 2018.

Selain itu, Anggota parlemen Amerika Serikat pernah bertanya apakah WhatsApp masih menggunakan enkripsi ujung-ke-ujung. COO Facebook, Sheryl Sandberg menghindari jawaban langsung seperti iya atau tidak, "Kami sangat percaya pada enkripsi," jelasnya.

Sebelumnya, dalam postingan Twitternya Mei 2019, analis Media Sosial Matt Navara WhatsApp akan menampilkan iklan pada 2020. Iklan tersebut akan disisipkan di WhatsApp Status.

Bentuknya sama seperti Instagram Story dan Facebook Stories.

Tampilkan Iklan

WhatsApp akan melakukan monetisasi bisnis. Aplikasi chatting milik Facebook ini dikabarkan akan menampilkan iklan di platformnya.

Iklan tersebut akan hadir di fitur WhatsApp Status sama seperti yang ada di Facebook dan Instagram. Jadi iklan tersebut akan terselip di antara status teman-teman kamu di WhatsApp, seperti dikutip dari Metro.co.uk.

Adanya rencana Facebook menaruh iklan di WhatsApp pertama kali disampaikan dalam Facebook Marketing Summit di Berlin Jerman pada Mei lalu. Adalah analis media sosial Matt Navarra yang membocorkan hal ini melalui media sosial twitter miliknya.

Dalam cuitannya ia menuliskan WhatsApp Status (Stories) akan kehadiran iklan di 2020. Ketika pertama kali diungkap soal rencana ini netizen menanggapi beragam rencana tersebut.

Sebagian besar ada yang menyatakan akan berpindah ke Telegram, aplikasi chatting pesaing WhatsApp asal Rusia.

WhatsApp merupakan salah satu aplikasi yang dianggap sebagai masa depan Facebook Group. Aplikasi ini diakuisisi pada 2014 silam senilai US$ 19 miliar. Namun hingga kini WhatsApp belum dimonetisasi. Untuk mengeruk pendapatan WhatsApp mengandalkan WhatsApp Business.

Rencana monetisasi ini dikabarkan telah membuat hubungan Mark Zuckerberg dan dua pendiri WhatsApp. Perseteruan ini berujung pada mundurnya dua pendiri WhatsApp.

Integrasi Terancam Batal

Mimpi Facebook untuk menggabungkan semua layanan media sosialnya, termasuk Instagram dan WhatsApp, mungkin akan terganjal oleh regulasi. Federal Trade Commission (FTC) alias Komisi Perdagangan Federal AS diduga akan menghentikan Facebook untuk melakukan integrasi layanannya.

Menurut laporan The New York Times dan The Wall Street Journal, alasan FTC ingin menghentikan rencana Facebook itu adalah dikarenakan FTC telah menyelidiki Facebook terkait anti-monopoli. Mereka menganggap rencana Facebook itu menunjukkan langkah anti-persaingan.

FTC memulai penyelidikan setelah Facebook mengumumkan akan menyatukan layanan pesan dari WhatsApp, Instagram dan Facebook. Jika itu terjadi, maka 2,7 miliar penggunanya lintas platform bisa mengirim pesan pribadi yang dienkripsi dari satu aplikasi ke aplikasi lain.

"Kami sedang membangun fondasi untuk komunikasi sosial yang selaras dengan arah yang semakin diperhatikan orang: saling berkirim pesan secara pribadi," kata Facebook, saat mengumumkan rencana ini.

Perhatian utama FTC adalah akuisisi aplikasi pesaing Facebook seperti Instagram telah mengurangi kompetisi layanan jejaring sosial. FTC percaya bahwa jika Facebook mengintegrasikan aplikasi-aplikasi tersebut ke dalam satu sistem, itu akan menjadi jauh lebih sulit untuk disaingi.

Pada tahun lalu, Facebook memiliki sekitar 66 persen pasar media sosial global, dibandingkan dengan masing-masing 11 persen untuk Pinterest. Facebook memperoleh laba bersih sebesar 22,1 miliar dolar AS pada 2018.

Namun, mungkin sulit bagi FTC untuk memberikan perintah penghentian rencana Facebook. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi.

Pertama, harus dibuktikan di pengadilan bahwa Facebook telah melanggar undang-undang anti-monopoli.

Kemudian, mayoritas komisioner FTC perlu menyetujui rencana pemisahan dalam pemungutan suara formal. FTC sendiri dilaporkan belum membuat keputusan akhir tentang perintah tersebut.

Rencana Facebook untuk mengintegrasikan layanan WhatsApp, Instagram, dan Facebook Messenger diungkap pertama kali oleh CEO mereka Mark Zuckerberg pada awal 2019 ini. Rencananya, proses integrasi akan dilakukan pada 2020 mendatang.

Integrasi ketiga layanan itu akan menjaga masing-masing aplikasinya tetap berfungsi mandiri, tapi nantinya para pengguna bisa berkomunikasi satu sama lain lintas platform.

Hal ini berarti pengguna dapat menggunakan WhatsApp untuk berbicara dengan orang-orang di Instagram, bahkan jika teman-teman di Instagram tidak menggunakan WhatsApp.