Lisa Su adalah tokoh yang disegani di industri semikonduktor. Belakangan orang nomor satu di AMD ini mendapat jabatan baru sebagai anggota dewan direksi Cisco.
Penunjukan Lisa oleh perusahaan perangkat network tersebut diumumkan pada Selasa kemain. Dia langsung menjabat sebagai anggota direksi di hari yang sama.
Di samping penunjukkan Lisa, pengumuman Cisco tidak banyak mengungkap informasi lain, misalnya paket kompensasi yang bakal diterima.
Lisa akan tetap menjabat sebagai CEO AMD sambil menjalankan peran baru di dewan direksi Cisco, sebagaimana dihimpun Tom's Hardware.
Cisco merupakan raksasa network yang aktif di bidang hardware dan software networking, serta industri telekomunikasi. NIlai perusahaannya mencapai kisaran 201 miliar dollar AS.
Sebagai perbandingan, AMD yang dinakhodai Lisa memiliki market cap hanya seperempatnya di kisaran 54 miliar dollar AS. Wanita 50 tahun kelahiran Taiwan itu pertama kali bergabung dengan AMD di tahun 2012.
Dua tahun setelahnya, pada 2014, Lisa dipromosikan dari jabatan Chief Operating Officer menjadi Presiden, lalu Chief Executive Officer di tahun yang sama. Dia dikenal dengan keberhasilannya membalik peruntungan AMD di bisnis prosesor.
Harga saham perusahaan itu terdongkrak naik dari 3 dollar AS per lembar saat Lisa pertama kali memimpin hingga kini mencapai 50 dollar AS per lembar.
Di samping sebagai CEO AMD dan anggota direksi Cisco, Lisa juga menhabat sebagai kepala Global Semi Conductor Alliance dan direksi Semiconductor Industri Association.
Goyang Intel
Selama bertahun-tahun, pasaran prosesor desktop didominasi oleh Intel. Seiring berjalannya waktu, dominasi Intel mulai surut.
Jason Grebe, Corporate Vice President, General Manager Cloud Platforms and Technology Group Intel mengakui pangsa pasar prosesor laptop mobile dan desktop Intel kian digerus oleh pesaing utamanya, AMD.
"Kami ingin bersaing secara agresif di semua segmen. Karena kami telah melalui masalah pasokan dalam enam hingga 12 bulan terakhir di sektor PC," ujar Grebe.
Geliat AMD di pasar prosesor berarsitektur x86 cukup menjanjikan. Menawarkan spesifikasi yang mumpuni dan harga kompetitif membuat prosesor Zen diterima pasar. Di laptop mobile, pasaran kombo Zen dan Vega pun laris.
Menurut periset pasar Mercury Research, pangsa pasar AMD untuk prosesor desktop sebesar 17,1 persen pada kuartal II-2019.
Stagnan dari kuartal sebelumnya namun dari tahun ke tahun, pangsa pasarnya tumbuh 4,8 persen berkat penjualan Ryzen.
Menguatnya pangsa pasar AMD menciptakan perang harga untuk prosesor x86 yang meningkat sejak tahun 2000-an.
Tidak hanya melawan AMD, Grebe juga mengatakan akan memasang strategi khusus untuk mengamankan pasar pengolah grafis dari Nvidia, khususnya dalam penggunaan teknologi AI.
"Strategi kami dalam AI sangat mudah. Kami akan mulai dengan prosesor Xeon yang menjadi inti lini produk kami," ungkapnya seperti dikutip WCCF Tech.
Tahun depan, Intel bersiap memperkenalkan pengolah grafis barunya, yakni Intel Xe.
Lebih lanjut, Grebe mengatakan perusahaanya akan membangun ASIC khusus untuk pelatihan dan inferensi AI agar dapat bersaing langsung dengan NVIDIA.
"Kami akhirnya mamasuki bisnis GPU pada 1,5 tahun hingga dua tahun dari sekarang. Dan kami akan memiliki portofolio produk lengkap yang dapat memberikan layanan apa pun yang dibutuhkan teknologi AI," jelas Grebe.
Ia mengklaim, dari perspektif beban kerja, Intel lebih percaya diri soal AI. Grebe menyebut, 70 persen beban kerja di dalam perusahaannya selama beberapa tahun ke depan akan memiliki beberapa jenis AI.
Mulai dari pusat data hingga lini produk dari Movidius, perusahaan perakit chip prosesor berdaya rendah yang diakuisisi Intel pada 2016 lalu. AI dan inferensi AI diprediksi akan tumbuh pesat dalam beberapa tahun ke depan.
Tak heran, tiga pabrikan prosesor, Intel, AMD, dan Nvidia, berlomba-lomba memasang strategi yang fokus pada AI.
Apabila ketiganya sama-sama serius, perang harga untuk konsumen bisa jadi tak terelakkan.