Find Us On Social Media :

Begini Cara Teknologi HEPA Cabin Air Filter Bunuh Virus Corona

By Adam Rizal, Senin, 3 Februari 2020 | 16:00 WIB

Pesawat Batik Air usung Teknologi HEPA

Ratusan warga negara Indonesia yang berada di Wuhan China dipulangkan menggunakan pesawat Batik Air Airbus A330-300 ke Indonesia. Hebatnya, pesawat itu dilengkapi teknologi HEPA Cabin Air Filter.

Presiden Direktur Lion Air Edward Sirait mengatakan HEPA Cabin Air Filter memiliki kecanggihan yaitu bisa menyaring udara dari kabin ke luar pesawat, termasuk bakteri dan virus corona.

"Virus apapun termasuk Corona akan mati dengan sendirinya," katanya.

HEPA merupakan singkatan dari High-Efficiency Particle Filters (penyaringan partikel yang kuat). Sistem kerja HEPA adalah menyaring serta membuat sirkulasi ulang dari kabin dan menyampurkannya dengan udara bersih dilansir aerospace.

Sebagian udara yang berasal dari dalam dibuang ke luar kabin. Sementara itu, sisanya dipompa melalui filter udara HEPA dan diklaim 99 persen bakteriologis di dalamnya menghilang.

Perputaran sirkulasi udara dalam pesawat yang dilengkapi HEPA Cabin Air Filter berlangsung cepat. Sistem penyaringan HEPA dapat mengubah udara sepenuhnya sekitar 15 hingga 30 kali per jam atau satu hingga dua kali per menit dikutip dari tripsavvy.

International Air Transport Association (IATA) menyatakan filter HEPA efektif menangkap lebih dari 99 persen mikroba ketika menyaring udara. Perubahan udara menggunakan HEPA bahkan disebut lebih baik daripada alat transportasi lain, perkantoran dan bangunan lainnya yang menggunakan standar untuk rumah sakit.

Sistem penyaringan HEPA digunakan dalam pesawat dengan nomor penerbangan ID-6818. Pesawat tersebut berangkat dari Indonesia dengan membawa 42 relawan yang bertugas memulangkan ratusan WNI dari lokasi karantina virus Corona di Provinsi Hubei, China.

Relawan ini berasal dari Kemenlu, Kemenkes, Anggota TNI dan kru pesawat.

Pesawat ini disebut mengangkut 245 WNI kembali ke Tanah Air. Pesawat juga akan dikarantina dan dilakukan prosedur desinfektan setelah kembali dari Wuhan. Pesawat ini kata dia, baru akan digunakan kembali setelah selesai disterilisasi selama kurang lebih 14 hari.

Tahapan Sterilisasi

Proses sterilisasi atau pembersihan dilakukan di Bandar Udara Hang Nadim, Batam, setelah semua WNI dipindahkan ke pesawat milik TNI untuk dibawa ke Natuna. Di Natuna, akan dilakukan pemantauan terhadap kondisi kesehatan mereka secara lebih lanjut.

Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro, proses sterilisasi dilakukan dalam beberapa bentuk dan tahapan. Misalnya, proses pembersihan, sterilisasi, penyemprotan, penggantian saringan udara kabin, hingga perawatan berkala selama beberapa hari.

"Batik Air Airbus 330-300CEO dilakukan penyemprotan cairan multiguna pembunuh kuman, bakteri, virus dan lainnya (disinfectant spray) oleh KKP yang berlangsung kurang lebih 120 menit. Pekerjaan mencakup di kabin, kokpit dan kompartemen kargo bagian bawah pesawat," kata Danang, melalui keterangan tertulis.

Setelah disterilisasi, dilakukan penggantian saringan udara pada pesawat. Hal ini untuk meminimalisasi adanya virus yang tertinggal di sana.

"Setelah pesawat dilakukan sterilisasi oleh pihak berwenang, KKP dan TNI AU memberikan izin kepada tim BAT untuk melakukan penggantian HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter yaitu alat penyaring untuk sirkulasi udara dalam pesawat," ujar Danang.

Prosedur ini, kata dia, sesuai dengan anjuran Airbus. Sistem HEPA memiliki fungsi yang sangat efektif unyuk menyaring virus dalam sirkulasi udara kabin pesawat. Setelah dilepas, HEPA akan diserahkan pada pihak berwenang untuk dimusnahkan.

"Semua HEPA filter yang sudah dilepas, selanjutnya dibungkus menggunakan pembungkus khusus untuk diserahkan kepada pihak yang berwenang guna pemusnahan dengan cara dibakar," kata Danang.

Setelah dinyatakan steril oleh KKP, tahapan terakhir adalah pesawat dengan kode registrasi PK-LDY ini akan ditarik menuju hangar Batam Aero Technic (BAT) untuk mendapat perawatan berkala atau scheduled maintenance.

Danang menekankan, pesawat menjalani jadwal perawatan untuk memastikan aspek keselamatan dan keamanan penerbangan. Sementara, mengenai penggunaan pesawat ini untuk penerbangan komersil, hingga saat ini belum ditentukan lagi.

"Untuk pengoperasian penerbangan komersil, akan kami sampaikan berikutnya," ujar Danang.