Find Us On Social Media :

Virus Corona Merebak, Produksi Layar Televisi dan Laptop Terganggu

By Adam Rizal, Selasa, 4 Februari 2020 | 12:00 WIB

Ilustrasi pabrik layar

Produksi barang elektronik di wilayah China saat ini tengah mengalami kesulitan. Bukan hanya smartphone, produksi layar televisi dan laptop pun disebut menghadapi kendala.

Hal tersebut tak lain disebabkan oleh persebaran wabah virus corona di sana.

Firma riset pasar, IHS Markit, menyebut bahwa kawasan Wuhan yang menjadi awal ditemukannya virus corona, terdapat setidaknya lima pabrik besar yang memproduksi panel layar.

Panel layar LCD dan OLED tersebut digunakan untuk memproduksi televisi, laptop, dan sejumlah alat elektronik lainnya.

Pemerintah China yang mengimbau agar para pekerja untuk berdiam diri di rumah, membuat kondisi pabrik semakin sulit. Dengan hilangnya sumber daya manusia, maka secara otomatis proses produksi pabrik elektronik pun berhenti total.

"Pabrik-pabrik di China sedang mengalami kekurangan tenaga kerja dan beberapa komponen penting," ungkap David Hsieh selaku IHS Markit Senior Director seperti dirangkum PCMagazine.

IHS Markit juga mengatakan bahwa sejumlah pemasok komponen besar di China akan mengarami penurunan produksi dalam waktu dekat.

Di wilayah Wuhan, setidaknya terdapat dua pabrik layar yang dimiliki oleh TCL. TCL sendiri dikenal sebagai merek televisi 4K yang dibanderol dengan harga murah. Kemudian dua pabrik layar lainnya adalah milik Tianma yang memproduksi panel LCD untuk Asus.

Baca Juga: Tangkis Hoax Virus Corona, Kominfo Bakal Kirimkan SMS ke Pengguna

Berkurangnya pasokan komponen layar ini juga disebut akan berdampak pada kenaikan harga panel tersebut.

IHS Markit menyebut, jika biasanya kenaikan harga panel berkisar antara 1 dollar AS hingga 2 dollar AS, maka kenaikan harga karena virus corona ini dapat mencapai 3 dollar AS hingga 5 dollar AS.Persebaran virus corona di China akhir-akhir ini membuat sejumlah perusahaan teknologi ternama terpaksa menutup sementara pabrik dan tokonya.

Google terpaksa menutup sementara empat kantornya di China, serta di Hong Kong dan Taiwan, menyusul merebaknya wabah virus corona.