Find Us On Social Media :

GSMA: Alokasi Frekuensi 700 MHz Bisa Bikin RI Untung US$10,5 Miliar

By Rafki Fachrizal, Jumat, 7 Februari 2020 | 18:07 WIB

Kiri-kanan: Brett Tarnutzer, Head of Spectrum, GSMA; Leonard Theosabrata, Direktur Utama LLP-KUKM (SMESCO Indonesia); Sudarto, Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan Teknologi Informasi, Kementerian Keuangan; Dr. Ir. Ismail, MT., Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kemenenterian Komunikasi dan Informatika; Julian Gorman, Head of APAC, GSMA pada acara GSMA di Jakarta.

GSMA (Global System for Mobile Communications Association) merilis laporan studi terbarunya yang bertajuk "Spotlight on Indonesia: The Imperative of Seizing Mobile Broadband Opportunities Now."

Berdasarkan laporan tersebut, migrasi TV analog dan alokasi dividen digital untuk layanan broadband seluler diperkirakan dapat membuka era baru dalam konektivitas berkecepatan tinggi untuk Indonesia.

Nantinya, langkah tersebut akan mampu mendorong peningkatan perekonomian Indonesia sebesar US$10,5 miliar (Rp143 triliun) pada dekade berikutnya dengan perkiraan penambahan sebesar 1% pada PDB negara di akhir tahun 2030.

Julian Gorman selaku Head of Asia Pacific, GSMA, mengatakan bahwa melepaskan dividen band digital sangat penting untuk daya saing Indonesia di masa depan.

“Indonesia tidak lama lagi akan mewujudkan harapannya untuk menjadi raksasa ekonomi digital. Akan tetapi, upaya untuk menjadi raksasa ekonomi digital bisa terhambat jika Indonesia kesulitan mempertahankan lanskap digitalnya yang atraktif ini. Bahkan jika transformasi digital tertunda sebentar saja, bukan tidak mungkin Indonesia akan kehilangan miliaran dolar, sekaligus menyebabkan akses terhadap layanan broadband seluler menjadi terbatas bagi jutaan orang,” ucap Gorman.

Seperti diketahui, sektor seluler di Indonesia telah mengalami pertumbuhan besar-besaran, dengan 176 juta orang Indonesia kini berlangganan layanan seluler.

Layanan seluler telah berperan dalam menghubungkan jutaan orang ke internet, terutama di kawasan yang paling sulit dijangkau.

Dalam lima tahun ke depan, jumlah pelanggan seluler di Indonesia diperkirakan akan mencapai 199 juta, dengan 177 juta di antaranya menggunakan layanan seluler untuk mengakses internet.

Layanan seluler juga penting dalam transformasi digital di industri tradisional seperti pertanian dan manufaktur, dan merangsang inovasi di antara perusahaan startup dalam negeri.

Apalagi, Indonesia telah menghasilkan lima 'unicorn' (perusahaan startup swasta yang bernilai lebih dari US$1 miliar).

Namun, kurangnya pemanfaatan spektrum membatasi kemampuan operator untuk memperluas jangkauan jaringannya, sehingga menghambat adopsi teknologi digital ke depannya.

Baca Juga: Jaringan 5G Jadi Modal Utama Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia

Malaysia, Filipina, dan Singapura telah menyelesaikan proses switch-off layanan analog mereka sehingga memungkinkan operator untuk memperkuat layanan 4G-nya dan menguji jaringan percontohan 5G.

Sementara Indonesia masih belum melakukan re-alokasi spektrum 'dividen digital' ini (700 MHz) ke layanan seluler.

Menanggapi hal ini, Dr. Ir. Ismail MT selaku Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), menjelaskan kalau Indonesia adalah pasar seluler terbesar ketiga di Asia Pasifik dengan pengguna platform digital yang cukup signifikan.

“Kami dengan cepat berkembang untuk mewujudkan harapan menjadi negara dengan kemampuan digital terkuat di kawasan Asia Tenggara. Tentunya untuk mewujudkan ini membutuhkan percepatan transformasi digital. Untuk itu, pemerintah Indonesia sedang dalam proses merevisi UU Penyiaran tahun ini agar bisa melepaskan dividen digital,” terang Ismail.

Pada 1 Agustus 2018, Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan konsultasi publik tentang penyiaran TV digital tanpa mengumumkan jadwal waktu pita frekuensi 700 MHz akan dialihkan ke operator seluler.

Sementara, alokasi eksklusif dari pita frekuensi 700 MHz dalam jumlah yang cukup merupakan kunci bagi operator telekomunikasi untuk menghadirkan layanan 4G – dan di masa depan 5G – yang terjangkau ke seluruh wilayah Indonesia.

Laporan studi GSMA ini menyerukan pentingnya untuk segera merencanakan pelepasan dividen digital agar bisa bergerak maju tanpa ragu.

“Sekitar 44% dari total populasi di Indonesia yang tinggal di daerah pedesaan dan mengalami kesenjangan jangkauan seluler saat ini akan sangat bergantung pada seberapa cepat tindakan yang diambil untuk mengatasinya,” pungkas Julian Gorman.

Baca Juga: Jaringan 5G Bikin Penjahat Siber Curi Data dalam Hitungan Detik