Find Us On Social Media :

Bobol Equifax, 4 Personel Militer China Curi Data 145 Juta Warga AS

By Adam Rizal, Rabu, 12 Februari 2020 | 16:00 WIB

Equifax

Kejaksaan Agung AS mengajukan dakwaan terhadap 4 personel militer Cina atas tuduhan membobol jaringan komputer Equifax tahun 2017.

Jaksa Agung William Barr mengatakan keempat anggota Tentara Pembebasan China PLA diyakini terlibat aksi peretasan itu. Cina hingga saat ini membantah tuduhan itu.

Berkas dakwaan menyebutkan, aksi peretasan itu terkait dengan data-data pribadi sekitar 145 juta warga, termasuk nomor Social Secutity dan data-data Surat Izin Mengemudi.

"Ini adalah salah satu aksi pembobolan data terbesar dalam sejarah," kata William Barr.

Kejaksaan AS juga menuduh pemerintahan Beijing berada dibalik aksi pencurian data-data pribadi warga dan data-data rahasia perusahaan Equifax.

Cina bantah terlibat peretasan

Kementerian Luar Negeri Cina hari Selasa (11/2) bereaksi keras membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa Cina "tidak pernah terlibat" dalam aksi pencurian data, dan menyatakan bahwa negaranya sendiri telah "menjadi korban serius dari pencurian data yang dilakukan oleh AS”.

Orang-orang yang digugat Kejaksaan AS semuanya tinggal di Cina dan tidak ada yang berada dalam tahanan. Kantor berita AP melaporkan, dakwaan itu diajukan untuk mencegah aksi-asi peretasan selanjutnya dan menunjukkan keseriusan AS melacak individu-individu yang terlibat dalam aksi peretasan.

"Hari ini, kami meminta pertanggungjawaban para peretas PLA atas tindakan kriminal mereka, dan kami mengingatkan pemerintah Cina bahwa kami memiliki kemampuan untuk mengungkap tudung anonimitas di internet dan menemukan peretas yang berulangkali dikirim (oleh Cina) terhadap kami," kata William Barr.

Sembilan dakwaan, empat tersangka

"Ini adalah tindakan terencana untuk menyisir data-data pribadi rakyat Amerika," kata Barr dalam sebuah pernyataan.

Dakwaan ini diajukan di tengah peringatan yang diberikan pemerintahan Donald Trump tentang makin besarnya pengaruh politik dan ekonomi Cina. Gedung Putih percaya, Beijing sedang melakukan operasi besar-besaran untuk mengumpulkan data-data warga AS, dan mencuri hasil penelitian serta inovasi ilmiah.