Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir mengkritisi kinerja PT Telekomunikasi Indonesia atau Telkom. Kritik tertuju pada minimnya kontribusi Telkom bagi negara.
Erick menilai, kontribusi Telkom yang belum besar bagi negara, karena sebagian besar pendapatan perusahaan itu hanya berasal dari anak perusahaannya, yakni Telkomsel. Karenanya, akan lebih baik jika hanya Telkomsel saja yang langsung di bawah kementerian.
"Saya juga enak (kalau) jadi Telkom. Telkomsel dividen, revenue Telkomsel digabung ke Telkom hampir 70 persen. Mendingan tidak ada Telkom, langsung aja dimiliki oleh Kementerian BUMN, dividennya jelas," kata dia di Menara Mandiri, Jakarta.
Karena itu, dia berharap ke depannya Telkom harus berubah menjadi perusahaan teknologi informasi pelat merah yang benar-benar fokus dalam mengembangkan data-data yang dimiliki dan memanfaatkannya sebagai pusat data di Indonesia. Bukan malah datanya dimiliki negara asing.
"Karena itu, kita mau ke depan yang namanya Telkom berubah, salah satunya ke arah data, big data, dan cloud. Masak cloud-nya dipegang Ali Cloud, database sedemikian besar diambil negara lain," tegas Erick.
Secara bisnis, kinerja Telkom sebagai sebuah grup memang tidak buruk, bahkan masih mencetak laba pada 2019. Hingga kuartal III 2019, Telkom mencatatkan kenaikan laba bersih 15,67 persen secara tahunan menjadi Rp 16,46 triliun.
Sementara EBITDA Telkom naik 11,4 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp50 triliun. Padahal, pendapatan hanya tumbuh 3,46 persen menjadi Rp102,63 triliun.
Rajai 5G
Operator seluler, Telkomsel terus mengembangkan internet 5G dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dengan menguji coba sinyal 5G sesuai ketentuan yang berlaku.
Christian G. Gustiana, General Manager Network Strategic Roadmap, pihaknya menjelaskan bahwa Telkomsel akan terus melakukan uji coba yang sesuai standar 5G NR (New Radio) yang ditetapkan oleh 3rd Generation Partnership Project (3GPP).
"Kami ingin menjadi yang pertama menerapkan 5G di Indonesia. Maka dari itu sesuai mandat Kemenkominfo, akhirnya kita berhasil mencoba sinyal 5G di Batam," ujar Christian dalam siaran persnya.
Uji coba sinyal 5G di spektrum 28 Ghz di Batam diklaim berhasil dengan melakukan panggilan 5G Video Call, gaming, dan tentunya keperluan industri 4.0.
Sayangnya, ia belum bisa memprediksi kapan sinyal 5G akan bisa di komersilkan untuk kepentingan konsumen, karena banyak pertimbangan seperti regulasi pemerintah, seberapa banyak perangkat 5G yang masuk, hingga spektrum 3,5 Ghz yang belum bisa di pakai.
"Spektrum untuk 5G bagusnya berada di 3,5ghz dan 2,6ghz. Sayangnya di indonesia 3,5ghz dipakai oleh operator satelit. Maka dari itu kita sedang ingin berkolaborasi dengan menkominfo dan pihak operator satelit terkait," ujar Christian.
Selain itu, Christian juga mengungkapkan bahwa Telkomsel lebih condong mengimplementasikan 5G untuk industri ketimbang untuk keperluan konsumen. Telkomsel siap membuka peluang berkolaborasi menerapkan 5G untuk industri manufaktur, sektor pertanian, dan sektor logistik kedepannya.