Teradata mengumumkan ketersediaan platform Teradata Vantage untuk pasar Indonesia dan menjadikan kemitraan sebagai strategi utama pengembangan bisnisnya tahun ini.
Teradata Vantage merupakan platform terintegrasi untuk pengolahan dan analisis berbagai jenis data yang berasal dari berbagai.
Yang menarik adalah platform ini menawarkan fleksibilitas dalam hal deployment. Selain di-deploy secara on-premises atau di cloud menggunakan IntelliFlex/IntelliBase, deployment platform ini juga dapat dilakukan di public cloud (AWS, Azue, atau GCP) maupun di private cloud (misalnya di VMware Cloud). Dan layanan analytics dari platform Teradata ini dapat diperoleh pelanggan dengan model berlangganan (subscription).
Executive Vice President Asia Pasific Teradata, Keith Budge, menekankan pentingnya saat ini bermigrasi ke platform pengolahan data berbasis hybrid cloud bagi perusahaan. Karena hal tersebut akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi sumber daya perusahaan.
“Cloud subscription dapat menjadi sebuah game changer dalam hal efektivitas biaya, kemudahan akses data, dan efisiensi pengolahan data. Hal ini memberikan value yang tak tertandingi bagi kemajuan dan pertumbuhan bisnis perusahaan,” Keith menambahkan.
Dua industri utama yang menjadi fokus bisnis Teradata di Indonesia adalah perbankan dan sektor pemerintahan. “Teradata membantu industri perbankan mendeteksi kemungkinan terjadinya fraud dan peningkatan analisis prediksi risiko, serta meningkatkan pengalaman dengan customer menjadi lebih baik,” ujar Erwin Sukiato, Country Manager Teradata Indonesia.
Salah satu pelanggan Teradata di Indonesia adalah Direktorat Jendral Pajak (DJP). Menurut Erwin, DJP memanfaatkan platform Teradata untuk mengolah data Wajib Pajak secara cepat dan efisien. Platform analisis data juga memungkinkan DJP melakukan deteksi dini terhadap tindakan fraud dan penghindaran pembayaran pajak.
“Ini tentunya hal yang sangat penting bagi Indonesia, di mana pengelolaan pajak dapat dijalankan dengan sangat efektif. Dan kami merasa bangga Teradata dapat membantu DJP melakukannya,” kata Keith Budge.
Kedepankan Kemitraan
Keith menyampaikan bahwa salah satu strategi inti Teradata dalam mengembangkan bisnisnya tahun 2020 ini adalah melalui kemitraan (partnership).
Selain menunjuk PT Phintraco Technology dan PT Mastersystem Indonesia sebagai mitra resmi dalam mengembangkan bisnis dan memberikan pelayanan kepada pelanggan, Teradata juga akan menggalang kemitraan dengan pengembang software independen (Independent Software Vendor/ISV).
“Strategi ISV adalah staregi kemitraan yang penting bagi kami ke depannya karena kami sadari bahwa Teradata tidak memahami secara detail tiap industri di tiap negara. Struktur industri dari satu negara ke negara lain berbeda,” jelas Keith Budge. Itulah mengapa Teradata menggandeng mitra ISV yang dapat mengembangkan aplikasi per industri di tiap negara.
Menurut Keith, saat ini Teradata masih dalam tahap menjajaki ISV yang dapat digandeng. Namun menurutnya, Teradata pun terbuka jika ada vendor yang melihat peluang kemitraan ini.
Untuk mendukung program kemitraan ini, Teradata menyediakan program partner enablement yang menyediakan pelatihan terkait teknologi. Ada pula program go-to-market untuk membantu mitra dalam hal penjualan aplikasi yang dibangun di atas teknologi Teradata.
Selain itu, tak tertutup kemungkinan jika Teradata bermitra dengan pelanggannya. Keith mencontohkan kemitraan perusahaan yang sudah eksis selama 40 tahun itu dengan perusahaan telekomunikasi Jerman, Deutsche Telekom AG.
“Deutsche Telekom melihat peluang menyediakan analytics as a service untuk perusahaan-perusahaan di Jerman bahkan Eropa,” ujar Keith. Layanan analytics ini dikembangkan kedua perusahaan karena ingin membantu perusahaan skala kecil dan menengah membangun kapabilitas analytics. Menurut Keith Budge, model kemitraan seperti ini pun bisa diterapkan di Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Kemudian Keith mengatakan Teradata juga sangat menyambut kemitraan dengan perusahaan-perusahaan masa kini yang memanfaatkan teknologi untuk membangun ekosistem layanan