Semakin matangnya industri digital di Indonesia mendorong Biznet Networks untuk terus berekspansi.
Gerak ekonomi berbasis digital di Indonesia terus menggeliat. Salah satu indikasinya tercermin dari laporan Google dan Temasek berjudul e-Conomy SEA 2019 yang dirilis Oktober kemarin. Laporan tersebut menyebut, nilai transaksi e-commerce Indonesia di tahun 2019 mencapai US$21 miliar, jauh meninggalkan negara Asia Tenggara lain seperti Vietnam atau Thailand. Bahkan di tahun 2025 nanti, nilai transaksi e-commerce Indonesia akan menembus angka US$82 miliar.
Data tersebut sejalan dengan kenyataan di lapangan yang ditangkap Adi Kusma (President Director, Biznet Networks). “Di Palembang, banyak UKM yang jualan pempek secara online, bahkan sampai tiga ton per hari,” cerita Adi menceritakan kisah salah satu konsumen Biznet. “Jadi internet kinidigunakan untuk mengembangkan usaha mereka,” tambah pria lulusan Oregon State University ini.
Tingginya Kebutuhan
Semakin tingginya kebutuhan internet masyarakat Indonesia tentu saja menjadi kabar baik bagi Biznet Networks. Sebagai perusahaan infrastruktur digital terintegrasi, Biznet memiliki layanan di sisi konsumen maupun produsen produk digital. “Bisnis Biznet 80% adalah jaringan, sementara 20% di data center,” cerita pria ramah ini.
Untuk memanfaatkan momentum ini, Biznet pun aktif memperluas layanannya. “Tahun 2019 Biznet telah membangun jaringan internet sebanyak 11.000 km, sementara tahun sebelumnya 7000 km,” ungkap Adi. Selain di kota besar, Biznet juga fokus membangun jaringan di daerah yang memiliki populasi besar dan memiliki roda ekonomi yang menjanjikan. “Contohnya kota tier 3 seperti Kediri, Kendal, Padang, atau Jambi,” cerita pria yang hobi minum kopi ini. Untuk kota seperti Batam dan Palembang, jaringan Biznet bahkan telah meliputi keseluruhan wilayah.
Pengguna jaringan Biznet sendiri saat ini didominasi segmen bisnis. “Misalnya perbankan yang membutuhkan cakupan nasional sampai 70-80 kota,” cerita Adi. Karena banyak berhubungan dengan pelaku bisnis, Biznet pun mengedepankan reliabilitas sebagai keunggulan utama. “Kami sejak awal mendesain jaringan yang andal dan menggunakan perangkat yang reliable,” tambah Adi.
Karena mengedepankan value reliabilitas itu, Biznet mengaku tidak mau terjebak dengan perang harga seperti yang terjadi di industri jaringan seluler. “Ada konsumen yang mencari harga, ada yang mencari kualitas. Biznet membidik segmen yang mencari kualitas,” tambah Adi.
Sedangkan di sisi retail dan UKM, Biznet menambah value layanannya dengan membundel layanan Biznet Home dengan aplikasi pembuatan situs usaha. Aplikasi yang disebut Neo Web Space ini bertujuan memudahkan pelaku UKM membuat situs usahanya dengan menyediakan berbagai template siap pakai. Neo Web Space ini bisa digunakan pelaku usaha tanpa tambahan biaya, sehingga diharapkan memudahkan pelanggan Biznet memperbesar usahanya.
Terus Ekspansi
Ekspansi juga dilakukan Biznet di layanan data center. “Tahun ini kami menambah space 3000 meter persegi atau sekitar 900 rak baru,” cerita Adi. Dalam 1-2 tahun ke depan, Biznet juga berencana menambah gedung baru di area Biznet Technovillage demi mendukung ekspansi Biznet di industri data center.
Ekspansi ini tidak lepas dari tingkat okupansi data center Biznet yang kini telah mencapai 70-80%. “Mayoritas klien kami adalah industri finansial seperti perbankan, asuransi, maupun stock broker,” cerita Adi.
Bukan tanpa alasan jika perusahaan finansial banyak mempercayakan ke Biznet. Sebagai otoritas industri finansial, OJK memiliki aturan ketat terkait lokasi penyimpanan data dan data center. Sebagai satu dari sedikit penyedia private cloud di Indonesia, Biznet pun banyak dipilih perusahaan finansial dalam menaruh data center mereka.
Karena itu, Adi mengaku tidak khawatir dengan kehadiran pemain global seperti AWS atau Google Cloud di Indonesia. “Saya kira segmennya beda, karena mereka public cloud yang menyasar internet company,” ungkap Adi. Meski begitu, Biznet tetap berbenah agar mereka bisa bersaing dengan pemain global.
Salah satunya adalah membenahi sistem kelistrikan. Mungkin Anda masih ingat, dua tahun lalu data center Biznet sempat mengalami masalah kelistrikan yang fatal dan mengakibatkan beberapa layanan pelanggan Biznet berhenti beroperasi. Jika ditilik, sumber masalah adalah rusaknya relay dari sistem listrik cadangan DRUPS (Diesel Rotary Uninterruptible Power Supply devices). “Padahal relay-nya baru kita pasang,” ujar Adi sambil tersenyum getir.
Belajar dari pengalaman tersebut, sistem listrik cadangan Biznet kini kembali mengandalkan UPS. Untuk kapasitas lama, sistem kelistrikan mengandalkan genset, DRUPS, dan UPS. Sementara untuk kapasitas yang baru dibangun, sistemnya mengandalkan genset dan UPS. “Sejak kejadian dua tahun lalu, kami mengalami zero problem,” ujar Adi yang memimpin 2700 karyawan ini.
Melangkah ke depan, Adi menyampaikan komitmennya untuk terus mengembangkan infrastruktur digital Biznet. “Tahun 2020, kami berencana membangun jaringan minimal 11 ribu kilometer lagi,” ujar Adi. Mirip seperti strategi selama ini, jaringan Biznet akan menyasar kota kecil yang memiliki potensial, seperti Garut. “Siapa tahu tukang cukur Asgar (Asli Garut, Red) bisa ekspansi online ke seluruh Indonesia,” ungkap Adi sambil tertawa lebar.