Di era Industri 4.0 seperti saat ini, memahami risiko keamanan teknologi operasional (Operational Technology/OT) dan prinsip dasar dalam memperkuat ekosistem digital agar lebih aman, lebih produktif dan lebih efisien untuk mengantisipasi risiko serangan siber (cybercrime) sangat penting bagi pelaku industri.
Tidak hanya itu, membangun kerjasama strategis antara pemerintah, pelaku industri, penyedia teknologi, pengamat dan akademisi untuk bersama-sama berkolaborasi memerangi serangan siber juga penting dilakukan.
Di sisi lain, saat ini peran teknologi Internet of Things semakin banyak diterapkan di industri seluruh global.
Sekitar 20 miliar perangkat IoT terhubung ke internet saat ini, di mana perangkat tersebut dan mesin menjadi semakin saling terhubung satu sama lain.
Ketika industri global mengintegrasikan teknologi IoT di pusat fasilitas dan operasionalnya, pertanyaan yang kemudian muncul dalam pikiran setiap orang adalah: Bagaimana mengamankan lanskap digital yang berkembang pesat di lingkungan industri ini?
Forrester’s Predictions 2020 memperkirakan di dunia yang semakin terhubung, kejahatan dunia maya (cybercrime) akan semakin mengancam di tahun-tahun mendatang yang menuntut agar para pemangku kepentungan secara kolektif mempertimbangkan cara memperkuat keamanan OT.
Tidak dapat dipungkiri bagaimana teknologi IoT dan konektivitas lintas orang, asset dan sistem memungkinkan pengelolaan data yang lebih akurat untuk meningkatkan performa operasional dan produktivitas.
Garis antara IT dan OT menjadi semakin kabur ketika perusahaan menyinkronkan operasional untuk meningkatkan pemantauan yang real-time, dengan model bisnis berbasis data, analisis berbasis cloud dan edge, untuk menciptakan ekosistem digital yang mulus antara kantor pusat dengan pabrik.
Berdasarkan hasil survei Accenture baru-baru ini, 79% CEO mengatakan bahwa organisasi mereka "mengadopsi teknologi baru dan berkembang lebih cepat daripada mereka dapat mengatasi masalah keamanan terkait."
Xavier Denoly selaku Country President Director Schneider Electric Indonesia, mengatakan “Di era revolusi industri 4.0, cybersecurity menjadi praktik bisnis mendasar dan berkelanjutan untuk mengidentifikasi, memitigasi, dan mengurangi risiko dengan menerapkan standar kebijakan dan praktik terbaik terkait karyawan, proses, dan teknologi di seluruh lanskap digital dari ujung ke ujung.”
“Para pelaku industri perlu memetakan risiko-risiko keamanan OT dan mencari solusi preventif untuk mencegah risiko tersebut. Solusi tersebut harus dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan operasional termasuk penyedia dan pemasok pihak ketiga untuk memastikan pemahaman dan kepatuhan mereka terhadap kebijakan keamanan perusahaan untuk menciptakan strategi holistik dari rantai pasokan hingga penerapan solusi ke lokasi pelanggan,” tambah Xavier.
Lantas, apa saja risiko keamanan OT? Schneider Electric melihat ada empat faktor resiko tersebut yang di antaranya: