Find Us On Social Media :

Situasi Pandemi, Momentum JNE Membuktikan Keandalan Teknologi

By Liana Threestayanti, Senin, 27 April 2020 | 19:30 WIB

Arief Rahardjo, VP ICT, PT TIKI JNE

Kondisi pandemi menjadi ajang pembuktian bahwa penerapan teknologi yang tepat guna dapat membantu perusahaan mempertahankan kinerja.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang logistik, PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir tentu tak boleh membiarkan layanannya sampai terganggu. Apalagi di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, layanan kurir dan logistik adalah salah satu mata rantai penting dalam melayani kebutuhan masyarakat, termasuk di antaranya keperluan tenaga medis.

Meskipun harus mematuhi aturan pemerintah tentang pembatasan sosial berskala besar, JNE terus beroperasi.

Arief Rahardjo, VP ICT, JNE menuturkan bahwa secara umum perusahaan mengikuti peraturan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tentang PSBB. Di back office, mayoritas karyawan sudah menerapkan work from home. Namun staf front line dan armada kurir tentu harus tetap berada di lapangan. 

Teknologi benar-benar menjadi andalan JNE dalam menjaga performa bisnisnya saat ini. "Di  masa pandemi COVID-19 ini peran teknologi sangat terasa sekali," Arief mengakui.   

Untuk menjaga kolaborasi dan komunikasi antarkaryawan yang sebagian bekerja di rumah dan yang lain di lapangan atau di kantor, JNE memanfaatkan tool kolaborasi dan komunikasi, di antaranya Microsoft Teams dan Kaizala.

Menurut Arief operasional di back office maupun front line boleh dikatakan tidak ada hambatan, sebelum maupun sesudah pemberlakuan PSBB. "Tidak ada gangguan. Bahkan beberapa teman malah mengatakan mereka bisa lebih produktif dengan WFH dengan beberapa fungsi, karena nggak ada lagi alasan kena macet dan sebagainya," ujar Arief Rahardjo. 

Berkat transformasi digital yang sudah berlangsung sejak tiga tahun lalu, proses bisnis juga relatif berjalan tanpa kendala.  Akses ke beberapa aplikasi bisa dengan mudah dilakukan via web browser dari mana saja.

"Di JNE, secara umum, aplikasinya sudah web-based," jelas Arief. Sedangkan untuk beberapa solusi yang tidak bisa diakses via web, tim IT JNE menyediakan akses VPN dengan selalu memerhatikan keamanan akses dan koneksi.  

Menghadapi momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri di mana biasanya terjadi lonjakan pengiriman barang, JNE pun sudah siap.

"Kalau secara teknologi, kami memang sudah mengantisipasi sesuai dengan roadmap 5 tahunan. Kebetulan fasilitas server kami sudah dipersiapkan untuk pertumbuhan 30% per tahun. Jadi untuk mengatasi lonjakan ini kami hanya melakukan tuning dan pemeliharaan rutin. Yang ditambah kapasitas adalah yang di cloud, misalnya untuk yang lastmile yang kami antisipasi. Karena kapasitasnya sudah cukup besar jadi kita hanya mainkan memori dan computing power saja," papar Arief.

Sebagai informasi, sampai saat ini, 20% dari sistem IT JNE sudah ditempatkan di cloud. Sisanya (80%) masih berupa sistem on premises yang ditempatkan di collocation site.   

"Yang di cloud itu  adalah untuk yang lastmile untuk kurir. Kenapa yang itu yang ditaruh di cloud? Sebetulnya pada tahun 2017 ketika kami mulai transformasi digital untuk kurir, kami menemukan solusi cloud ini lebih efisien dan cepat deploymentnya," Arief menjelaskan. 

Terkait sisa 80% sistem yang belum dimigrasikan ke cloud, Arief Rahardjo menjelaskan, "Di JNE, estimasi kami 50-50. Road map kami  targetnya 2021, tapi dalam kondisi saat ini kami pun harus menahan diri dari sisi capex. Tapi untuk cloud development tetap kita lanjutkan mungkin ada sedikit perlambatan. Paling lambat tahun 2022 sudah terealisasi." 

Berbicara tentang peluang-peluang yang bisa ditangkap perusahaan dalam situasi seperti saat ini, Arief melihat ini sebagai momentum untuk beberapa hal.

"Dari sisi bisnis ini adalah periode pembuktian diri dan tentunya kami membantu UMKM di daerah yang sudah bertahun tahun kami bina kami edukasi, ini adalah ajang pembuktian dan kesempatan bagi mereka untuk memasarkan produknya lebih masif lagi. JNE juga menyediakan fasilitas e-procurement yang bisa mereka manfaatkan lebih optimal," jelas Arief.

"Kalau di internal JNE, kami lakukan banyak perbaikan untuk internal process dan inovasi-inovasi teknologi dan uji coba teknologi yang tepat guna, misalnya untuk mendukung WFH," imbuhnya.

Momen WFH ini pun menjadi sarana evaluasi bagi JNE yang memiliki visi flexible office di masa depan. "Dan (momen) ini bisa menjadi peluang menguji coba," ujar Arief.

Dalam kesempatan wawancara dengan InfoKomputer melalui video conference, Arief Rahardjo juga menyampaikan sejumlah pesan bagi para pelaku bisnis.

Arier mengajak para pelaku bisnis untuk memanfaatkan momen ini untuk mencoba teknologi yang tepat guna. "Di masa seperti ini terasa sekali, tanpa teknologi,kita akan kesulitan," ujarnya. Ia menyayangkan jika pandemi membuat produktivitas anjlok.

Ada kesempatan free trial yang ditawarkan oleh sejumlah principal/vendor teknologi dalam rangka membantu perusahaan bertahan. Arief mengajak pelaku bisnis untuk tidak melewatkan kesempatan itu. 

"Dan khususnya untuk teman-teman yang di industri, ayo ini saatnya menunjukkan bahwa teknologi yang dipasarkan memang tepat guna dan bisa membantu kondisi saat ini," kata Arief.

Ia yakin penerapan  teknologi dengan cost benefit analysis yang tepat dapat membantu perusahaan melewati masa-masa sulit, seperti saat pandemi sekarang.