Find Us On Social Media :

Setelah Akun Tokopedia Dibobol, Akun Medsos Jadi Target Berikutnya

By Rafki Fachrizal, Senin, 4 Mei 2020 | 14:30 WIB

Data Pengguna Tokopedia yang Terekspos di Darkweb

Tokopedia dilaporkan mengalami peretasan, seperti yang diungkapkan dalam cuitan akun Twitter @underthebreach. Bahkan jumlahnya diperkirakan 91 juta akun dan 7 juta akun merchant, tidak lagi 15 juta seperti diinfokan sebelumnya.

Awal tahun ini, Tokopedia menginfokan bahwa ada sekitar 91 juta akun aktif di platformnya. Artinya hampir semua akun di Tokopedia berhasil diambil datanya oleh hacker (peretas).

Hacker menjual data di darkweb yang berupa user ID, email, nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor handphone dan password yang masih ter-hash atau tersandi. Semua dijual dengan harga US$5.000 (sekitar Rp74 juta). Bahkan, ada 14.999.896 akun Tokopedia yang datanya saat ini bisa diunduh.

Menanggapi kasus tersebut, Pakar Keamanan Siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa kejadian seperti ini harus direspon cepat oleh pihak Tokopedia dan juga para penggunanya. Karena ancaman penipuan dan pengambilalihan akun bisa terjadi kapan saja.

Pratama menjelaskan hacker bernama Whysodank pertama kali mempublikasikan hasil peretasan di Raid Forum pada Sabtu (2/5). Kemudian peretas ShinyHunters memposting thread penjualan 91 juta akun Tokopedia di forum darkweb bernama EmpireMarket. Dari sinilah akun @underthebreach mempublikasikan peretasan Tokopedia ke publik Twitter.

“Memang data untuk password masih dienkripsi, namun tinggal menunggu waktu sampai ada pihak yang bisa membuka. Itulah kenapa pelaku mau melakukan share gratis beberapa juta akun untuk membuat semacam sandiwara siapa yang berhasil membuka kode acak pada password,” jelas Chairman Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini.

Ditambahkan Pratama, meski password masih dalam bentuk acak, namun data lain sudah plain alias terbuka. Artinya semua peretas bisa memanfaatkan data tersebut untuk melakukan penipuan dan pengambilalihan akun-akun di internet.

Misalnya mengirimkan link phising maupun upaya social engineering lainnya, karena itu seharusnya Tokopedia melakukan update dan informasi kepada seluruh penggunanya segera.

“Bila nantinya password sudah berhasil dibuka oleh pelaku, pastinya salah satu yang akan dilakukan adalah takeover akun. Lalu pelaku secara random akan mencoba melakukan take over akun medsos (media sosial) dan marketplace lainnya, karena ada kebiasaan penggunaan password yang sama untuk semua platform,” terang Pratama.

Untuk saat ini, Pratama menggarisbawahi bahwa yang bisa dilakukan pengguna Tokopedia adalah mengganti password dan mengaktifkan OTP (one time password) lewat SMS. Lalu, mengganti semua password dari akun medsos dan platform marketplace selain di Tokopedia.

“Akibat peretasan Tokopedia ini bisa menjalar ke akun media sosial dan platform lainnya bila menggunakan email dan password yang sama. Terutama bagi admin akun medsos pemerintah dan lembaga harus cepat melakukan pengamanan akun sebagai langkah antisipasi,” jelasnya.

Pratama juga mengungkapkan bahwa saat dirinya mendapatkan sampel data dari forum, belum ada data kartu kredit maupun debet yang disebar pelaku. Harapannya data kartu tidak ikut menjadi salah satu yang berhasil diretas.