Find Us On Social Media :

40% Konsumen di Asia Pasifik (APAC) Menghadapi Kebocoran Data Pribadi

By Rafki Fachrizal, Jumat, 29 Mei 2020 | 11:01 WIB

Ilustrasi Data Pribadi di Platform Digital

Baru-baru ini perusahaan keamanan siber Kaspersky merilis hasil survei yang bertajuk “Kaspersky Global Privacy Report 2020,” yang di mana survei tersebut membahas hal terkait sikap konsumen terhadap privasi online.

Survei tersebut mengungkapkan bahwa 40% konsumen dari Asia Pasifik (APAC) menghadapi insiden kebocoran informasi pribadi yang diakses oleh orang lain tanpa persetujuan.

Sementara lebih dari 5 dari 10 pengguna online di wilayah ini menyatakan keprihatinan yang sama dalam hal menjaga kehidupan virtual dan fisik mereka.

Survei ini sendiri dilakukan oleh lembaga penelitian independen Toluna, di antara Januari dan Februari 2020. Sebanyak 15.002 konsumen disurvei di 23 negara di mana 3.012 berasal dari wilayah Asia Pasifik.

Beberapa pelanggaran melibatkan insiden berupa akun yang diakses tanpa izin (40%), pengambil-alihan perangkat secara ilegal (39%), pencurian dan penggunaan data rahasia (31%), data pribadi yang diakses oleh seseorang tanpa persetujuan, dan penyebaran informasi pribadi secara publik (20%).

Ironisnya, penelitian yang sama menemukan bahwa lebih dari seperlima pengguna masih dengan sukarela membagikan privasi mereka untuk mendapatkan produk atau layanan secara gratis.

Sebanyak 24% responden lainnya juga lalai dalam menjaga privasi dengan membagikan detail akun media sosial untuk kuis hiburan, seperti  apakah jenis bunga atau selebriti yang mirip dengan mereka.

Selain itu, 2 dari 10 konsumen yang disurvei juga mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara melindungi privasi secara online.

Baca Juga: Tips Bagi Konsumen untuk Mengurangi Risiko di Insiden Kebocoran Data

Selanjutnya, ketika ditanya mengenai konsekuensi yang mereka temui setelah pelanggaran privasi, para pengguna online menyebutkan beberapa hal negatif yang memengaruhi kehidupan digital dan bahkan fisik mereka.

Sebagian besar (39%) terganggu oleh spam dan iklan, sebagian (33%) merasa stres, dan sebagian (24%) menyatakan reputasi pribadi mereka dalam bahaya.

Dalam persentase yang sama, sebanyak 19% pengguna telah menyinggung seseorang, kehilangan uang, dan terintimidasi.

Pemerasan juga dialami oleh 16% pengguna di Asia Pasifik, hubungan keluarga lekuk (15%), beberapa mengalami kerusakan karir (14%) hingga pemutusan ikatan romantis atau mengalami perceraian (10%).

Stephan Neumeier selaku Managing Director untuk Asia Pasifik Kaspersky, mengatakan bahwa para pelaku kejahatan siber cenderung mengikuti arah kekacauan berada.

“Kapan pun terdapat sebuah tren atau krisis besar, mereka akan menggunakannya sebagai kesempatan sempurna untuk mengeksploitasi peningkatan emosi manusia yang membuat pengguna lebih rentan,” imbuh Neumeier.

Untuk melindungi diri selama masa kritis seperti saat ini, menurut Neumeier penting untuk berhati-hati akan rincian pribadi yang dibagikan secara online dan memahami bagaimana data ini akan digunakan.

“Kunjungi kembali pengaturan privasi dan aturlah sesuai dengan kebutuhan Anda. Internet adalah ruang berisi berbagai kesempatan dan siapa pun dapat memperoleh manfaat darinya, selama kita tahu bagaimana mengelola data dan kebiasaan online secara cerdas,” terang Neumeier.

Baca Juga: Belanja Iklan E-commerce Kembali Bangkit Setelah Turun Akibat Covid-19