Find Us On Social Media :

Agus Mutamakin, Sang Dokter Menjawab Tantangan Disrupsi Teknologi

By Liana Threestayanti, Rabu, 10 Juni 2020 | 22:30 WIB

Agus Mutamakin, CIO Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo.

Lulusan Fakultas Kedokteran, Agus Mutamakin lebih tertarik menekuni bidang Teknologi Informasi karena ia yakin bahwa komputasi akan berperan penting dalam bidang kesehatan.

Keyakinan pria yang mengemban tugas sebagai Chief Information Officer di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini memang terbukti saat ini. Yaitu ketika disrupsi teknologi melanda hampir semua bidang, termasuk sektor pelayanan kesehatan.

Menurut dokter lulusan Universitas Gajah Mada ini, ada dua disrupsi yang dihadapi rumah sakit saat ini. Disrupsi pertama terjadi saat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diterapkan. “Model pembiayaan berubah dari fee for service ke paket Diagnosis Related Group (DRG),” kata Agus. Model pembiayaan paket DRG ini, menurut Agus, menuntut rumah sakit harus lebih efisien. “Agar nilai klaim lebih tinggi dari biaya,” imbuhnya.

Disrupsi kedua datang dari merebaknya permintaan masyarakat dan tawaran layanan kesehatan daring (online), seperti  telekonsultasi dan beli antar obat.  Meski saat ini sudah ada aturan yang mendukung, rumah sakit masih harus bisa membuktikan bahwa penerapan layanan kesehatan online langsung antara dokter dengan pasien menunjukkan manfaat lebih besar, daripada kekurangan atau bahaya yang ditimbulkan.

Tantangan Efisiensi

"Proses bisnis di dalam RS itu banyak. Jika dikerjakan secara manual prosesnya akan panjang, serta memerlukan banyak sumber daya dan waktu," Agus memaparkan salah satu sumber inefisiensi di rumah sakit.

Dukungan TI dapat memangkas proses bisnis yang panjang, misalnya dengan menerapkan Revenue Cycle Management (RCM) dan Rekam Medis Elektronik (RME).

Salah satu elemen yang terlibat dalam RCM adalan klaim. "Proses klaim jika dikerjakan secara manual perlu beberapa tahapan untuk memasukkan data dan verifikasi. Sedangkan melalui klaim elektronik, data cukup dimasukkan sekali pada Sistem Pendaftaran dan Rekam Medis Elektronik, selanjutnya data bisa langsung diklaim dan diverifikasi secara otomatis," jelas Agus.

Dan bersama BPJS Kesehatan, RSCM juga sedang mengembangkan klaim elektronik, yang nantinya diharapkan turut berkontribusi pada peningkatan efisiensi kinerja rumah sakit.

Pria yang merupakan salah satu anggota dari Technical Committee Standar Nasional Indonesia ini menjelaskan bahwa RSCM saat ini sedang dalam proses pengembangan model dan standar Rekam Medis Elektronik di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan. 

Buktikan Manfaat Layanan Daring

Layanan kesehatan daring awalnya belum memiliki payung regulasi. Agus menjelaskan bahwa Peraturan Menteri Kesehatan RI No 20 tahun 2019, tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan hanya mengatur layanan kesehatan online antarfasilitas pelayanan kesehatan. 

Namun sejak wabah COVID-19 merebak, banyak permintaan dari pasien agar rumah sakit menyediakan layanan konsultasi online, terutama beberapa waktu terakhir sejak wabah COVID-19 merebak. 

Hal ini mendorong dikeluarkannya surat edaran Kementrian Kesehatan No HK.02.01/Menkes/303/2020 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19, yang membolehkan konsultasi online langsung antara dokter dan pasien. 

Walhasil tantangannya sekarang adalah membuktikan bahwa penerapan layanan kesehatan online langsung antara dokter dengan pasien menunjukkan manfaat lebih besar, daripada kekurangan atau bahaya yang ditimbulkan. 

Untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan daring, rumah sakit berupaya meningkatkan patient engagement.

 “Kami mengembangkan aplikasi mobile untuk perjanjian dan kunjungan pasien. Sedangkan layanan telekonsultasi dan pengantaran obat telah kami terapkan saat Pandemi COVID-19,” jelas Agus Mutamakin. Dan ia berharap, ke depannya, aturan tentang layanan kesehatan darin ini dapat terus dilanjutkan sekalipu wabah COVID-19 sudah berakhir.

Upaya Cegah COVID-19

Menghadapi situasi pandemi COVID-19, Agus Mutamakin dan timnya juga mendukung upaya RSCM untuk mendeteksi dan mencegah penyebaran virus corona di lingkungan internal rumah sakit. Ia memaparkan beberapa inisiatif yang sudah dilakukan, yaitu membuat aplikasi penilaian risiko tertular bagi karyawan; mengganti sistem presensi pegawai dari handkey ke aplikasi mobile; meminimalisasi penggunaan formulir kertas dan menggantinya ke formulir elektronik atau konversi ke file digital; dan menyediakan sistem dan infrastruktur untuk mendukung telepresence, rapat, webinar, dan lain-lain.

“Selain itu, kami juga mengembangkan sistem pengumpulan data epidemiologi COVID-19, dan mengintegrasikannya dengan Rekam Medis Elektronik. Data epidemiologi tersebut selain dianalisis internal juga dikirim ke Kementrian Kesehatan RI,” terang Agus.

Tantangan Terbesar

Ketertarikan Agus Mutamakin pada bidang teknologi informasi sesungguhnya dimulai ketika ia belajar menggunakan komputer di bangku sekolah menengah. “Dan pada saat kuliah, kebetulan saya mendapat kesempatan menjadi asisten di Laboratorium Komputer. Saat itulah saya mengenal Medical Informatics, yaitu bidang keilmuan yang merupakan irisan teknik informatika, ilmu komputer dan kedokteran,” cerita pemegang gelar di bidang Medical Informatics dari University of Amsterdam ini.

Seiring perkembangan internet, ia melihat pertumbuhan pesat data dan pengetahuan di bidang kedokteran. “Saya berkeyakinan komputasi akan berperan penting dalam bidang kesehatan. Sejak itu saya lanjut belajar dan menekuni bidang tersebut,” ujar lulusan Medical Informatics dari University of Amsterdam ini.

Menekuni TI di sektor kesehatan sejak 15 tahun lalu, Agus Mutamakin boleh dibilang salah satu pionir di bidangnya di saat TI belum dianggap sebagai elemen strategis bagi pelayanan kesehatan. Di antara pengalaman yang tak terlupakan bagi Agus adalah pada bulan pertama sampai ketiga ia ditugaskan mengelola TI di salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia. “Saat itu kami Tim IT hanya dua orang. Karena sistem & infrastruktur IT saat itu masih belum baik, hampir setiap malam kami dapat panggilan ke rumah sakit untuk menyelesaikan masalah atau insiden,” cerita Agus.

Namun itu dulu. Kini tantangan besar yang dihadapi Agus Mutamakin sebagai seorang pemimpin TI tidak lagi berpusat pada perangkat atau sistem. Menurutnya, tantangan pribadi terbesar yang ia hadapi adalah bagaimana mentransformasi budaya organisasi dari yang berbasis manual ke digital.