Di era digital saat ini, salah satu industri yang merasakan disrupsi adalah industri finansial. Disrupsi muncul dari startup fintech yang dengan menawarkan produk berbasis digital yang memudahkan pengguna. Selain itu, raksasa digital dunia seperti Google, Apple, dan Facebook juga gigih masuk ke layanan finansial.
Tekanan bagi pelaku industri finansial semakin terasa di era pandemi ini. Pembatasan aktivitas membuat konsumen terdorong memanfaatkan layanan digital, meninggalkan layanan offline yang selama ini digunakan.
Lalu, bagaimana industri finansial bisa menjawab tantangan ini?
Hal itulah yang menjadi fokus Huawei Global FSI Summit 2020 yang berlangsung beberapa waktu lalu. Pada pagelaran yang berlangsung secara virtual ini, Huawei berbagi pandangannya atas masa depan industri finansial global. Pandangan tersebut didasari pengalaman Huawei Enterprise selama 30 tahun membantu perusahaan finansial di seluruh dunia.
Pada pagelaran Huawei Global FSI Summit 2020 ini, hadir berbagai institusi terkemuka di industri finansial dunia, seperti Shanghai Pudong Development (SPD) Bank, China Construction Bank, Singapore DBS Bank, Sberbank, BBVA, Isbank, Temenos, dan IDC.
Tren Industri Finansial
Ada banyak faktor yang akan mewarnai industri finansial di era digital ini. Namun ada satu faktor krusial yang akan menjadi pondasi, yaitu layanan finansial berbasis mobile-first. “Kami percaya mobile capability akan menjadi inti dari masa depan industri perbankan,” ungkap Jason Cao, President of Global Financial Service Business Unit, Huawei Enterprise.
Pendekatan mobile-first diyakini akan menciptakan layanan yang berpusat pada nasabah. Cao menunjuk jumlah kunjungan nasabah ke bank-bank di China yang turun sampai 70% saat terjadi pandemi. Mengingat pandemi ini belum akan berakhir dalam waktu dekat, industri finansial harus menyediakan kanal digital bagi nasabahnya.
Dengan kata lain, pelaku industri finansial harus merombak proses bisnisnya untuk mengadopsi platform digital dan mobile first.
Konsep mobile first tidak cuma penting untuk berinteraksi dengan pelanggan, namun juga saat kolaborasi antar internal dan mitra bisnis. Di tengah pandemi, manajemen bank harus dapat memastikan karyawannya dapat bekerja secara efisien dan terjaga kesehatannya. Hal ini berarti proses bisnis internal di bank harus berubah, seperti mengadopsi work from home atau sistem kerja yang serba digital.
Konsep mobile-first ini akan semakin menemukan momentumnya ketika teknologi seperti 5G dan Internet of Things (IoT) semakin banyak diadopsi. Salah satu contoh menarik adalah inovasi yang dilakukan Union Bank di Pilipina yang memperkenalkan konsep Bank on Wheels. Dengan memanfaatkan mobile banking kiosk berbasis 5G, Union Bank membawa “kantor cabang” ke depan nasabah, sehingga nasabah bisa melakukan pembayaran, penarikan dana, sampai pembukaan rekening dengan mudah.
Memanfaatkan Cloud
Teknologi big data dan cloud juga akan menjadi instrumen krusial bagi industri perbankan. Contohnya yang dilakukan Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) yang beralih dari data warehouse tradisional ke arah big data berbasis cloud. Memanfaatkan solusi Huawei Fusion Data, ICBC bisa menyediakan sistem perbankan berbasis cloud untuk 37 kantor cabangnya.
Melalui platform cloud yang sama, ICBC juga dapat mensuplai lebih dari 100 aplikasi dan 1000 skenario finansial bagi nasabah. Dengan sistem yang terpusat ini, seluruh data (baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur) dapat diintegrasikan di satu tempat. Hasilnya adalah data yang berkualitas dan dapat dianalisis secara real-time.
Yang tak kalah penting, teknologi cloud akan meningkatkan efisiensi karena computing power dapat dikelola secara granular, bahkan di tingkatan hour-level.
Pandemi ini menunjukkan, pelaku industri yang telah mengadopsi digitalisasi sejak awal relatif lebih luwes menghadapi perubahan mendadak akibat pandemi. Di masa depan, konsep ini pun akan tetap berlaku. “Institusi perbankan berbasis digital akan lebih cekatan beradaptasi dengan perubahan dan meraih peluang di era post-pandemic nanti,” ungkap Cao.