Find Us On Social Media :

Gawat, Tingkat Kasus Malware di Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik

By Liana Threestayanti, Jumat, 3 Juli 2020 | 14:30 WIB

Hasil riset terbaru Microsoft Security Endpoint Threat Report 2019 mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki tingkat malware tertinggi di kawasan Asia Pasifik.

Hasil riset terbaru Microsoft Security Endpoint Threat Report 2019 mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki tingkat malware tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Kasus penambangan cryptocurrency dan ransmoware di Indonesia juga terhitung tinggi tahun lalu.

Temuan ini berasal dari analisis dari beragam sumber data Microsoft, termasuk 8 triliun sinyal ancaman yang diterima dan dianalisis oleh Microsoft setiap hari, selama dua belas bulan, mulai dari bulan Januari hingga Desember 2019.

“Ketika pertahanan keamanan berkembang dan penyerang mengandalkan teknik-teknik baru, akses unik Microsoft ke miliaran sinyal ancaman setiap hari memungkinkan kami untuk mengumpulkan data dan insights untuk menginformasikan respon kami terhadap serangan siber,” kata Mary Jo Schrade, Assistant General Counsel, Microsoft Digital Crimes Unit, Microsoft Asia.

Mary menjelaskan bahwa laporan Microsoft Security Endpoint Threat bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang gambaran ancaman yang berkembang dan membantu organisasi meningkatkan tingkat keamanan siber mereka dengan mengurangi dampak serangan yang semakin canggih.

Penelitian ini mencakup total 15 pasar, termasuk pasar berkembang Cina, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam; dan mengembangkan pasar Taiwan, Singapura, Selandia Baru, Korea, Jepang, Hong Kong, Australia

Tinggi, Kasus Malware dan Ransomware di Indonesia

Menurut laporan ini, Asia Pasifik terus mengalami tingkat kasus yang lebih tinggi dari rata-rata dunia untuk serangan malware (1,6 kali lebih tinggi) dan ransomware (1,7 kali lebih tinggi). Dan Indonesia tercatat memiliki tingkat kasus malware tertinggi, yaitu 10,68% pada 2019. Meskipun terjadi penurunan sebesar 39% tahun lalu, angka tersebut masih dua kali lebih tinggi dari rata-rata regional.

Indonesia juga terdaftar memiliki tingkat kasus ransomware tertinggi ke-2 di seluruh wilayah Asia Pasifik, yaitu 0,14%. Memang terjadi penurunan sebesar 46% tahun lalu, tapi masih 2,8 kali lebih tinggi dari rata-rata regional.

“Seringkali, kasus malware tinggi berkorelasi dengan tingkat pembajakan dan keamanan dunia maya secara keseluruhan, yang mencakup patching dan pembaruan perangkat lunak secara berkala. Negara-negara yang memiliki tingkat pembajakan yang lebih tinggi dan pengetahuan keamanan dunia maya lebih rendah cenderung lebih banyak terkena dampak dari ancaman dunia siber. Patching perangkat lunak, menggunakan software yang sah, dan menjaganya agar tetap diperbarui dapat mengurangi kemungkinan infeksi malware dan ransomware,” jelas Haris Izmee, President Director Microsoft Indonesia.

Kasus Penambangan Cryptocurrency Dua Kali Lebih Tinggi

Menurut riset Microsoft, tingkat kasus penambangan cryptocurrency Indonesia berada di angka 0,10% pada tahun 2019. Meskipun terjadi penurunan 72 persen dari tahun 2018, ini 2 kali lebih tinggi dari rata-rata regional dan global, dan tingkat kasus tertinggi ke-4 di seluruh wilayah.

Dalam serangan seperti ini, komputer korban terinfeksi dengan malware penambangan cryptocurrency, yang memungkinkan penjahat untuk menggunakan sistem komputer tanpa sepengetahuan korban.