Find Us On Social Media :

Investasi Keamanan Siber Naik, Perusahaan Belum Pede, Mengapa?

By Liana Threestayanti, Kamis, 16 Juli 2020 | 18:35 WIB

Ilustrasi keamanan siber, survei Palo Alto Networks.

Sebanyak 92% perusahaan melaporkan melakukan peninjauan terhadap kebijakan keamanan siber dan prosedur operasi standar mereka setidaknya sekali dalam setahun.

Sebanyak 92% perusahaan mendukung pelaporan pelanggaran wajib, yang artinya perusahaan Indonesia memiliki advokasi yang kuat untuk transparansi.

Sebanyak 83% perusahaan juga melakukan pemeriksaan terhadap perangkat komputer miliknya, setidaknya sekali dalam sebulan untuk memastikan peranti lunak pada komputer-komputer tersebut masih up to date.

Manusia masih menjadi faktor krusial dalam keamanan siber

Meskipun investasi awal meningkat, hanya 52% dari perusahaan-perusahaan Indonesia yang disurvei yakin dan percaya diri dengan langkah-langkah keamanan mereka. 

Walaupun perusahaan telah menunjukkan komitmen terhadap keamanan siber serta meningkatkan anggaran untuk investasinya, termasuk menganjurkan transparansi dan melakukan pemeriksaan rutin, namun kurangnya kepercayaan dapat menandakan masih adanya permasalahan lain yang harus mendapatkan perhatian dari organisasi: faktor manusia atau Sumber Data Manusia (SDM). Dua dari tiga tantangan utama keamanan siber besar kesemuanya berkaitan dengan “faktor manusia/orang”, yaitu kesadaran karyawan (54%) dan pemahaman dari manajemen (40%).

“Perusahaan-perusahaan Indonesia tengah dihadapkan pada jenis-jenis serangan siber baru sepanjang tahun. Meskipun mereka sadar akan arti pentingnya penerapan higiene di lingkungan siber dasar, namun edukasi tentang keamanan siber saja belumlah mencukupi. Perangkat-perangkat untuk keamanan siber yang mendayagunakan otomatisasi dan machine learning telah menjadi instrumen untuk melakukan tindakan preventif serta mempercepat respons terhadap ancaman-ancaman siber, baik yang known maupun unknown, yang dihadapi bisnis setiap harinya. Hal ini sangat penting terutama bagi Indonesia, rumah bagi populasi terbesar pengguna internet di dunia, dengan lanskap e-commerce dan pembayaran digital yang berkembang pesat," pungkas Surung Sinamo.