Dalam masa pandemi kemungkinan akan terdapat banyak perubahan dalam proses bisnis untuk merespons secara cepat perubahan program pemerintah, peraturan, paket stimulus, faktor ekonomi, dan keputusan bisnis di tingkat eksekutif.
Sistem yang ada saat ini kemungkinan tidak relevan untuk mencatat data terkait prosedur baru. Rencanakan untuk melakukan penyesuaian maupun improvisasi dari sistem saat ini agar dapat berjalan sesuai proses yang baru.
3. Buat skema peretasan
Akan sangat penting untuk proaktif dalam mengidentifikasi berbagai ancaman baru. Bentuk tim untuk mengevaluasi skema peretasan yang mungkin timbul dan kumpulkan informasi intelijen dari teman, regulator maupun mitra. Berkolaborasi dengan tim keamanan siber juga direkomendasikan untuk menemukan berbagai sumber ancaman yang ada.
4. Manfaatkan teknik deteksi tanpa pengawasan
Saat teknik pemodelan yang diawasi mungkin tidak menjadi terlalu akurat ketika perilaku berubah secara dramatis, pengaktifan metode yang tidak diawasi (otomatisasi) seperti deteksi anomali, analisis jaringan dan sistemisasi pengaturan, dapat memberikan penambahan nilai keamanan dengan cepat.
5. Iterasi dan adaptasi
Deteksi peretasan bukanlah sebuah proses set-and-forget sehingga perusahaan harus tetap waspada terhadap ancaman siber yang dapat berevolusi dari waktu ke waktu.
Otomatisasi proses, peringatan untuk hibernasi serta berbagai metode lainnya dapat membantu tim antiperetasan menangani peningkatan volume peringatan fraud yang mungkin mereka hadapi.
"Meskipun sejak sebelum pandemi ancaman peretasan siber sudah terasa nyata, saat ini manajemen perusahaan perlu dua kali lipat lebih waspada dan memprioritaskan pembangunan sistem perlindungan yang memadai untuk menghindari ancaman kerugian yang lebih besar," pungkas Johanna.