Find Us On Social Media :

Tanpa Aplikasi GMS, Huawei Bisa Kalahkan Samsung Jadi Nomor 1 di Dunia

By Adam Rizal, Sabtu, 1 Agustus 2020 | 15:00 WIB

Toko Huawei

Huawei membuktikan bahwa pencekalan yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) tidak berimbas pada bisnis smartphone-nya. Setidaknya pada kuartal kedua 2020 ini.

Pada periode tersebut, Huawei berhasil menjadi vendor dengan jumlah pengiriman (shipment) smartphone terbesar di dunia, menggeser posisi yang tahun sebelumnya ditempati oleh Samsung.

Menurut riset pasar terbaru Canalys, Huawei mengirimkan 55,8 juta unit smartphone sepanjang April sampai Juni 2020. Jumlah tersebut sejatinya turun 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meski turun, jumlah pengiriman smartphone Huawei tetap menjadi yang paling banyak, sebab penguasa pasar smartphone dunia sebelumnya, Samsung juga mengalami penurunan pengiriman yang signifikan.

Canalys mencatat pada kuartal kedua 2020 lalu Samsung mengirim 53,7 juta unit smartphone. Jumlah itu turun 30 persen dari jumlah pengiriman pada periode yang sama tahun lalu.

Dengan demikian, Huawei resmi menjadi penguasa pasar smartphone dunia kuartal kedua 2020. Jumlah pengiriman smartphone-nya unggul 2 jutaan unit dari Samsung.

Menurut Canalys, keberhasilan Huawei tak lepas dari pengaruh pandemi COVID-19 dan dukungan dari masyarakat Cina itu sendiri. Dalam beberapa bulan terakhir, kegiatan perekonomian di Cina dilaporkan telah kembali normal.

Huawei juga telah mendominasi pasar di negaranya sendiri, sehingga 70 persen smartphone yang diproduksi Huawei laku terjual di Cina.

Di sisi lain, pandemi COVID-19 telah membuat pasar utama Samsung yang tersebar di negara Amerika Serikat, Brasil, dan Eropa berada di dalam situasi sulit.

Akibatnya Samsung secara langsung merasakan efek negatif dari pandemi tersebut. Meski telah resmi mengalahkan Samsung, namun analis pasar, Mo Jia dari Canalys menyebut bahwa keunggulan Huawei tidak bakal lama.

Samsung diprediksi dapat sewaktu-waktu mengambil alih pasar lagi.

"Kekuatan di Cina saja masih belum cukup untuk menopang Huawei sebagai pemimpin, begitu perekonomian global berangsur pulih," kata Mo jia sebagaimana dirangkum Canalys.