Find Us On Social Media :

Riset SBM-ITB: Ojek Online Dorong Lebih Banyak Masyarakat Gunakan Transportasi Massal

By Rafki Fachrizal, Jumat, 7 Agustus 2020 | 17:15 WIB

Ilustrasi Gojek dan Grab

Hasil riset terbaru SBM-ITB (Sekolah Bisnis dan Manajemen-Institut Teknologi Bandung) mengungkapkan bahwa 48% komuter di Jabodetabek menggunakan layanan ride-hailing (ojek online) sebagai salah satu moda transportasi dalam perjalanan multi moda harian mereka, di mana 39% di antaranya beralih dari kendaraan pribadi ke layanan ride-hailing.

Sebagian besar responden menggunakan lebih dari satu penyedia layanan ride-hailing, dengan 74% menyatakan bahwa mereka menggunakan Grab, sementara 49% menyatakan bahwa mereka menggunakan Gojek.

Kemudahan untuk melanjutkan perjalanan dengan ride-hailing dan kejelasan titik jemput/turun mendorong komuter untuk menggunakan ride-hailing sebagai bagian dari perjalanan multi-moda mereka.

Kehadiran layanan ride-hailing ini pun mendorong lebih banyak penumpang untuk menggunakan transportasi massal selain manfaat dari transportasi massal itu sendiri.

Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Yos Sunitiyoso ini sendiri dilakukan dengan melibatkan opini dari 5.064 komuter yang diadakan mulai dari bulan Desember 2019 hingga Maret 2020.

Prof. Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng. selaku Dekan SBM ITB, mengatakan bahwa tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan gambaran dan saran yang dapat membantu kolaborasi antara penyedia transportasi massal dan ride-hailing dalam memberikan pelayanan terbaik bagi komuter Jakarta.

“Masalah sosial seperti kemacetan lalu lintas dan polusi udara adalah contoh dari masalah pelik yang dihadapi kota Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat perlu memperhatikan berbagai faktor pemangku kepentingan dan sektor-sektor yang saling bergantungan. Masalah pelik di ruang publik membutuhkan kebijakan yang menghasilkan win-win solution untuk setiap pemangku kepentingan, terutama masyarakat. Dari penelitian ini, di harapkan kita dapat menemukan ide-ide yang mendukung integrasi antar moda transportasi massal sehingga para komuter dapat memperoleh pengalaman perjalanan yang aman dan lancar," terang Utomo.

Lebih lanjut, riset juga menemukan bahwa perjalanan multimoda yang melibatkan transportasi massal berkontribusi terhadap pengurangan emisi GRK sebesar 10,82%. di mana pengurangan bersih (net reduction) dari emisi GRK per orang sekali jalan satu arah adalah 41% lebih tinggi untuk pengguna ride-hailing (0,31 kg) dibandingkan dengan pengguna non-ride hailing (0,22 kg).

Baca Juga: Gandeng GrabMart, Matahari Putra Prima Tambah Kanal Belanja Online

Menanggapi hasil riset ini, dari pihak perusahaan ride-hailing, Ridzki Kramadibrata selaku President Grab Indonesia, menyatakan "Transportasi multimoda merupakan kebutuhan bagi para komuter, terutama di area metropolitan yang kompleks seperti Jakarta. Kami sendiri menciptakan inovasi teknologi berdasarkan perilaku pengguna kami dan menciptakan ekosistem transportasi publik yang lebih baik dengan layanan ride-hailing serta alat mobilitas pribadi, serta kolaborasi dengan mitra strategis seperti pemerintah, sektor swasta, BUMD, dan perusahaan lain seperti layanan pembayaran. Ini dikarenakan pengalaman transportasi tidak hanya mobilitas tetapi juga pengalaman keseluruhan. Penting bagi kita untuk berkolaborasi untuk mewujudkan solusi multimoda terbaik untuk para penumpang,"

Dilanjutkan Ridzki, hingga saat ini Grab telah menghadirkan titik penjemputan akurat di 16 stasiun MRT, 148 stasiun kereta, dan 669 halte TransJakarta serta 93 Grab shelters yang memfasilitasi penjemputan bagi mitra pengemudi dan penumpang.

“Inovasi kami lainnya juga termasuk pengalaman pemesanan yang praktis dengan GrabNow dan GrabWheels sebagai alat mobilitas pribadi untuk perjalanan first mile dan last mile.” ujar Ridzki.

Selain yang telah dipaparkan sebelumnya, riset ini juga menemukan bahwa para komuter mulai menggunakan alat mobilitas pribadi sebagai moda transportasi yang lebih ramah lingkungan, misalnya, skuter listrik atau sepeda.