Find Us On Social Media :

Ekonomi Indonesia terkontraksi, Ini Tips dari Investor untuk Startup

By Adam Rizal, Sabtu, 8 Agustus 2020 | 16:00 WIB

Ilustrasi Startup

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 5,32% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal II. Meski belum masuk jurang resesi, investor menilai startup perlu waspada dan mengurangi biaya untuk promosi atau ‘bakar uang’.

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus bisa berdampak terhadap perkembangan bisnis. Sebab, ketidakpastian makro ekonomi meningkat di tengah krisis akibat pandemi corona. Karena itu, investor akan lebih aktif berkomunikasi dengan para pendiri perusahaan rintisan.

"Namun, yang pasti, investor akan sangat berhati-hati dalam mengevaluasi (bisnis) startup," ujar Nicko.

Ia mengatakan, investor bakal makin teliti dalam menilai kesehatan keuangan bisnis startup. Hal-hal yang dikaji mulai dari kelancaran pendapatan, efektivitas pemanfaatan biaya, dan segala turunannya.

Oleh karena itu, ia mengimbau para pelaku startup untuk bertahan. Caranya, dengan merestrukturisasi anggaran dan diversifikasi sumber pendapatan. Kendati begitu, strategi perusahaan rintisan menyesuaikan dengan bidangnya.

“Seberapa terpengaruhnya supply dan demand perusahaan sebagai akibat dari pandemi COVID-19," ujar Nicko.

Sedangkan Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menilai, data pendanaan terhadap startup pada kuartal III dan IV akan lebih menggambarkan dampak dari pandemi virus corona.

“Ini berbeda dengan krisis 1998 atau 2008. Bukan hanya krisis ekonomi, melainkan krisis kemanusiaan,” katanya.

Wilson menilai, perusahan harus memperhitungkan ‘landasan pacu’ bisnisnya. Selain itu, mengkaji jumlah dana yang dimiliki di bank dibagi dengan pengeluaran bulanan. Lalu, meninjau kembali struktur biaya perusahaan.

Ia mengimbau para startup untuk memproyeksikan semua skenario dengan memperhitungkan dampak dari pendapatan yang turun 25%, 50%, bahkan 100%. "Perkiraan kami, krisis akan berlangsung lama. Perusahaan harus memiliki runway minimal 18 bulan," ujar dia.

Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro. Ia mengimbau para petinggi startup untuk memperpanjang runway bisnis.

Salah satu caranya, dengan mengurangi biaya promosi atau ‘bakar uang’, gaji pegawai, atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Langkah PHK ini juga sudah dilakukan beberapa perusahaan rintisan.