Find Us On Social Media :

F5: Makin Toleran Soal Keamanan, Pengguna Aplikasi Harapkan 3 Hal Ini

By Liana Threestayanti, Rabu, 19 Agustus 2020 | 17:15 WIB

Ilustrasi aplikasi mobile

Meski sangat mementingkan fitur keamanan pada aplikasi, pengguna aplikasi masa kini ternyata justru bersikap lebih toleran terhadap insiden kebocoran data pribadi. Namun ada tiga harapan pengguna kepada penyedia aplikasi/layanan. 

Temuan ini terungkap dalam laporan F5 yang bertajuk Curve of Convenience 2020.

Berita tentang insiden pencurian data dan serangan siber, mulai dari yang skala kecil hingga besar, kerap menjadi headline di berbagai media. Namun ternyata hanya 4% responden Asia Pasifik yang berhenti menggunakan aplikasi setelah mengetahui adanya insiden keamanan pada aplikasi/layanan tersebut. “Padahal dalam studi di tahun 2018, 72% pengguna akan langsung berhenti menggunakan aplikasi jika ada pencurian data,” ujar Andre Iswanto, Senior Manager, Solutions Engineering, F5 Indonesia.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengguna aplikasi di masa kini tidak mengubah perilakunya setelah terjadi pembobolan kemanan. Namun memang ada penurunan kepercayaan terhadap penyedia layanan. Menurut laporan Curve of Convenience 2020, penurunan kepercayaan terbesar terjadi pada aplikasi media sosial  di mana kepercayaan pengguna melorot hingga 19 poin.

Di sisi lain, 43% pengguna aplikasi di Asia Pasifik beropini bahwa tanggung jawab memproteksi data pelanggan ada di tangan penyedia platform/aplikasi. Responden Indonesia juga memiliki pendapat yang sama, bahkan presentasenya lebih tinggi, yaitu sebanyak 57%. Pihak kedua yang dianggap bertanggung jawab terhadap keamanan data pengguna adalah pemerintah.

Perilaku lain dari pengguna yang mengharuskan penyedia aplikasi atau layanan lebih memerhatikan masalah keamanan adalah kebiasaan berbagi informasi/data pribadi di aplikasi. “Enam puluh dua persen dari responden mengijinkan aplikasi media sosial, banking, dan dating app-nya melakukan tracking terhadap ponsel mereka,” ungkap Andre. 

Sementara itu, 6 dari 10 nasabah bank rela memberikan informasi pribadi untuk memperoleh layanan perbankan yang lebih personal. Dan 71% responden menggunakan profil di media sosial untuk login ke aplikasi. Padahal 27% responden mengaku tidak menyadari adanya serangan terhadap data pribadi mereka. 

Mengenai harapan pengguna terhadap aplikasi, responden di Asia Pasifik maupun Indonesia memiliki harapan yang sama. “Ada tiga hal yang diharapkan pengguna, yaitu keamanan, kenyamanan, dan kemudahan penggunaan aplikasi,” jelas Andre Iswanto. Fitur keamanan, khususnya enkripsi, masih menjadi fitur terpenting yang diharapkan pengguna di Asia Pasifik (38%) maupun di Indonesia (30%). Fitur penting lainnya adalah kemudahan penggunaan aplikasi (user friendliness) dan kecepatan loading aplikasi (fast loading time).

Berdasarkan hasil studi F5 itu juga diketahui bahwa pengguna aplikasi di Indonesia, bersama pengguna di Jepang dan Australia, memberikan nilai yang lebih tinggi pada kenyamanan dan kemudahan dalam menggunakan aplikasi daripada keamanan.

Di tengah situasi pandemi di mana pemerintah di banyak negara menetapkan aturan lockdown ataupun pembatasan sosial, penggunaan aplikasi meningkat. Dilaporkan bahwa waktu yang dihabiskan user untuk berinteraksi dengan aplikasi meningkat 20% di kuartal pertama tahun ini. 

 “Dengan COVID-19 yang mengubah banyak aspek rutinitas, sebagian besar dari kita telah beradaptasi menuju kenormalan baru yang melibatkan working-from-home hingga aplikasi online untuk perbankan, hiburan, belanja, dan layanan antar makanan yang telah menjadi cara utama kita mengakses barang dan jasa. Dalam situasi yang krusial seperti ini, perusahaan-perusahaan harus bekerja dengan lebih keras dalam membenahi kekuatan keamanan mereka untuk melindungi data pelanggan dan internal perusahaan,” Ankit Saurabh, Assistant Lecturer di School of Engineering and Technology, PSB Academy,

Untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pada pelanggan ketika menggunakan aplikasi, Andre Iswanto menyarankan agar organisasi memerhatikan tiga hal ini: