Find Us On Social Media :

Kalahkan Saudi Aramco, Kini Apple Jadi Perusahaan Terkaya Dunia

By Adam Rizal, Jumat, 21 Agustus 2020 | 09:00 WIB

Apple

Pada 2018, Apple sukses menjadi perusahaan pertama AS yang menyentuh kapitalisasi pasar 1 triliun dollar AS atau sekitar Rp 14.500 triliun (kurs rupiah saat itu). Dua tahun berselang, angka itu berlipat ganda.

Kini, Apple meraup kapitalisasi pasar 2 triliun dollar AS atau sekitar Rp 29.400 triliun (kurs rupiah saat berita ini ditulis).

Prestasi itu membuat Apple menjadi perusahaan terkaya di dunia saat ini, merebut gelar yang sebelumnya dipegang oleh perusahaan non-teknologi atau perusahaan minyak, Saudi Aramco.

Nilai saham Apple meroket 467,77 dollar AS (sekitar Rp 6,9 juta) per lembar, dikalikan dengan lebih dari 4,2 miliar saham yang beredar menurut laporan terakhir. Nilai saham per lembar Apple merangkak tipis-tipis sebelum pengumuman laporan kapitalisasi pasar.

Diawali dengan 464 dollar AS (sekitar Rp 6.842.000) ke angka 467 (sekitar Rp 6.887.000), lalu menuju 467,97 (sekitar Rp 6.900.000 juta), hingga menyentuh 468,65 dollar AS (sekitar Rp 6.914.000).

Secara teknis, Apple menjadi perusahaan kedua di dunia dengan nilai kapitalisasi pasar 2 triliun dollar AS.

Sebelumnya, perusahaan minyak Arab Saudi, Saudi Aramco menjadi perusahaan pertama dunia yang meraup nilai kapitalisasi pasar tersebut pada Desember 2019 lalu.

Valuasi Saudi Aramco berkurang perlahan-lahan akibat dampak pandemi Covid-19. Pandemi yang membuat industri travel jatuh, membuat anjlok harga minyak.

Dirangkum Venture Beat, Saudi Aramco disebut bisa kembali meraih angka 2 triliun dollar AS sebelum Apple mencapainya juga.

Sementara itu, perusahaan teknologi pesaing Apple seperti Alphabet, Amazon, dan Microsoft, telah mencapai kapitalisasi pasar 1 triliun dollar AS dan membuntuti rekor Apple yang baru.

Di tengah pandemi global yang tak kunjung usai, Apple tetap mencatatkan pendapatan yang kuat dalam dua kuartal terakhir. Beberapa analis memprediksi tren positif ini akan berlanjut ke depan.

Sebab, perangkat Apple seperti Mac dan iPad masih dibutuhkan sebagai penunjang bekerja dan belajar dari rumah, yang saat ini masih diberlakukan berbagai negara di dunia.