Reboot Online meneliti RDP brute-force attack di negara-negara Asia dan ini hasilnya. Indonesia nomor berapa?
COVID-19 memaksa lebih banyak orang bekerja dari rumah tahun ini. Walhasil, makin banyak pula perusahaan yang bergantung pada koneksi remote desktop agar para karyawannya dapat mengakses komputer kerjanya dari rumah.
Salah satu aplikasi terpopuler untuk mengakses workstation dan server Windows dari jarak jauh adalah remote desktop protocol (RDP) dari Microsoft yang kini menjadi target eksploitasi para penjahat siber.
Untuk bisa memperoleh akses ke sumber daya yang bernilai milik perusahaan, misalnya e-mail dan data yang sifatnya rahasia, para penjahat maya melancarkan serangan brute-force. Melalui serangan ini, penjahat siber berupaya menemukan pasangan RDP username dan password yang valid dengan cara memeriksa semua kemungkinan kombinasi username dan password secara sistematis sampai mereka memperoleh satu kombinasi yang tepat.
Reboot Online baru-baru ini melakukan analisis terhadap data terbaru dari Kaspersky. Tujuannya adalah memperoleh data negara Asia yang paling berisiko menghadapi serangan brute-force.
Reboot Online menemukan bahwa Georgia adalah korban terbesar RDP brute-force attack di Asia. Sebagian besar serangan yang dilancarkan di jaringan di Georgia adalah RDP brute-force attacks (60,76%).
Armenia menduduki posisi kedua, dengan 50,11% dari serangan di jaringan adalah RDP brute-force attack.
Sedikit di bawah Armenia adalah Korea Selatan yang 48,83% dari serangan di jaringannya merupakan RDP brute-force attack. Angka tersebut memosisikan Korea Selatan sebagai negara ketiga di Asia yang terbanyak mengalami RDP brute-force attacks.
Begini urutan adidaya ekonomi di Asia berdasarkan risiko menghadapi RDP brute-force attack:
1.Jepang (38,66%)
2.Pakistan (18,58%)
3.India (18,02%)