Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengatakan pemerintah sedang membangun fasilitas Super WiFi di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Ada 23 titik Super WiFi yang dibangun sebagai pilot project. Dua puluh titik di antaranya sudah aktif, sementara tiga titik lainnya tengah dalam pemasangan. Proyek ini melibatkan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dalam membangun infrastruktur Super WiFi tersebut.
Kepala Divisi Infrastruktur Backbone Badan Akesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), Feriandi Mirza mengatakan bahwa Super WiFi merupakan teknologi Wi-Fi yang jangkauannya lebih luas dibandingkan Wi-Fi konvensional.
Dalam hal ini, Super WiFi dapat menjangkau sampai 500 meter atau lebih, apabila tidak terhambat dengan penghalang apapun. "Kalau Wi-Fi yang pada umumnya mungkin hanya bisa menjangkau sekitar 50 meter secara optimal, dengan Super WiFi bisa sampai 500 meter," ungkap Mirza.
Lebih lanjut, Mirza mengatakan bahwa kapasitas penggunaan Super WiFi bergantung pada jumlah kapasitas maksimal dari backhaul yang tersedia. Sebagai informasi, backhaul adalah jaringan perantara yang menghubungkan backbone (jaringan utama) dengan pemancar.
"Kapasitas penggunaannya tergantung kapasitas backhaul. Semakin besar kapasitas backhaul-nya, maksimal penggunaannya juga akan naik," tutur Mirza.
Super WiFi akan menggunakan frekuensi unlicensed band 2,4 GHz. Pendanaan proyek ini diperoleh dari Universal Service Obligation (USO). Dana ini berasal dari setoran para pelaku bisnis telekomunikasi setiap kuartal dengan besaran 1,25 persen dari pendapatan kotor.
Selain itu, BAKTI juga akan bermitra dengan dua perusahaan penyedia layanan ISP yakni Telkom dan PT. Dwi Tunggal Putra (DTP).
"Tentu saja dengan perusahaan ISP yang punya solusi Super WiFi. Saat ini sudah ada dua perusahaan yang melakukan POC Super WiFi dengan BAKTI yaitu DTP dan Telkom," pungkas Mirza.
Dalam kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Timur pekan lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengatakan bahwa akses internet gratis Super Wifi diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi digital.
"Kalau dari operator itu berbayar, yang dari Kominfo ini gratis, dibayar oleh negara melalui Kominfo," jelas Johnny.
Jika pembangunan Super WiFi di Labuan Bajo sukses, Kementerian Komunikasi dan Informatika akan membangun di wilayah lain.
"Diharapkan Super WiFi tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan ekonomi, sosial, politik, dan pertahanan," pungkas Johnny.
Perbedaan dengan Wi-Fi Konvensional
Sulitnya akses internet di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) Indonesia, membuat pemerintah harus bergerak untuk membenahi permasalahan tersebut.
Oleh karena itu, Kemenkominfo melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) kini tengah menguji coba teknologi Super Wifi untuk menyalurkan akses internet gratis ke daerah 3T di Indonesia.
Kepala Divisi Infrastruktur Backbone Badan Akesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), Feriandi Mirza mengatakan bahwa Super WiFI merupakan teknologi WiFi yang jangkauannya lebih luas dibandingkan dengan wifi konvensional.
"Super WiFi sebenarnya adalah Wi-Fi juga seperti biasa, tapi dengan jangkauan yang lebih luas," ujar Mirza.
Selain itu, perbedaan lainnya terletak pada daya jangkauan sinyal Wi-Fi yang diperoleh dan kapasitas pengguna yang bisa mengakses sinyal Wi-Fi secara bersamaan.
"Di ilustrasi tertulis 300 meter karena kita ambil coverage minimal saja yang secara optimal bisa tercapai," ujar Mirza.
Adapun kapasitas penggunaan Super WiFi bergantung pada jumlah kapasitas maksimal dari backhaul yang tersedia. Semakin besar backhaul, kapasitas pengguna maksimal juga akan naik. Super WiFI sendiri menggunakan frekuensi unlicensed band 2,4 GHz.
Sebelumnya pada pekan lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate telah meninjau proyek pembangunan Super Wifi di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).Dalam kunjungannya itu, Johnny mengatakan bahwa akses internet gratis Super WiFI diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi digital.
"Negara memberikan akses gratis (Super WiFi) agar bisa digunakan untuk hal yang produktif dan untuk mendukung ekonomi digital," jelas Johnny.
Proyek Super WiFi ini mendapat pendanaan dari Universal Service Obligation (USO). BAKTI juga akan bermitra dengan dua perusahaan penyedia layanan ISP yakni Telkom dan PT. Dwi Tunggal Putra (DTP).