Find Us On Social Media :

McAfee Ungkap Tips Aman Bertransaksi Secara Digital, Apa Sajakah Itu?

By Rafki Fachrizal, Kamis, 1 Oktober 2020 | 13:15 WIB

Ilustrasi Pembayaran Digital

Pertumbuhan sistem pembayaran digital di Indonesia telah naik sangat cepat selama beberapa tahun terakhir dan menjadi gaya hidup konsumen saat ini.

Di tahun 2020, transaksi e-payment atau pembayaran elektronik di Indonesia meroket hingga 173% sejak 2019.

Hal ini adalah imbas dari tren masyarakat Indonesia yang kini semakin menghindari penggunaan tarik tunai ATM dan kartu debit sebagai metode pembayaran utama. 

Kemudahan dari pembayaran digital merupakan nilai tambah bagi konsumen, namun mereka juga harus berhati-hati dalam bertransaksi untuk menghindari kejahatan siber.

Menurut laporan terbaru McAfee, COVID-19 Threat Report: July 2020 McAfee Labs menemukan adanya 375 ancaman baru setiap menitnya melalui aplikasi jahat, kampanye phishing, malware dan lainnya.

Selain itu, jumlah serangan siber yang memanfaatkan konten Covid-19 di Indonesia mencapai 88 juta dari bulan Januari hingga April. 

Shashwat Khandelwal, Head of Southeast Asia Consumer, McAfee, mengatakan, “Pelaku kejahatan siber bergerak sangat cepat untuk memanfaatkan pembayaran non-tunai atau cashless dengan menggunakan teknologi dan keterampilan yang canggih untuk menciptakan cara penipuan yang mudah dipercaya.”

“Perkembangan dan penggunaan pembayaran digital memudahkan para penjahat siber untuk menipu pengguna dan mengambil uang mereka. Karena itu, masyarakat Indonesia perlu mengetahui berbagai tips keamanan bertransaksi secara digital untuk menghindari penipuan,” tambah Shashwat.

Sebagian besar masyarakat Indonesia yang beradaptasi dengan perubahan digital merupakan sasaran utama penipuan atau kejahatan siber.

Tingginya penggunaan teknologi digital yang memiliki peran penting di kehidupan sehari-hari pengguna meningkatkan kemungkinan adanya penipuan dan serangan siber.

Namun bagi pengguna digital baru, informasi mengenai penipuan dan cara mengenali tanda-tanda penipuan masih susah diperoleh.

Generasi yang lebih tua kemungkinan besar merupakan “digital immigrants.” Di mana banyak pengguna digital dari generasi ini memiliki kesulitan dalam proses digitalisasi, serta pengertian dasar mengenai aplikasi seluler dan situs online.  

“Untuk memastikan seluruh segmen pengguna dapat bertransisi ke pembayaran non-tunai atau cashless secara aman, harus ada pemahaman yang lebih mengenai risiko keamanan siber,” cetus Shashwat.