Find Us On Social Media :

Memulai Transformasi Digital dengan Memanfaatkan Hybrid IT Saat Ini

By Cakrawala, Rabu, 14 Oktober 2020 | 17:30 WIB

Ilustrasi Rimini Street

 

 

Penulis: Sebastian Grady (President, Rimini Street)

 

Komputasi awan (cloud computing) sangat berpengaruh terhadap industri perangkat lunak perusahaan masa kini. Pergolakan pasar global memaksa beberapa perusahaan untuk mempercepat pemindahan berbagai komponen teknologi informasi (TI) ke awan lebih awal dari yang diperkirakan agar dapat beradaptasi terhadap tuntutan baru pelanggan. Bagi sejumlah perusahaan lain, hal ini justru membuat transformasi terhenti sehingga proyek-proyek awan berlangsung lebih lama dari yang diharapkan. Kedua skenario ini menghasilkan ekosistem hybrid IT — strategi cerdas dan pragmatis yang akan makin lazim dijumpai dalam jangka panjang, yang memungkinkan para CIO menghemat biaya komputasi, mengelola data, menyediakan platform yang stabil demi inovasi yang lebih cepat untuk menghasilkan daya saing, serta mendorong pertumbuhan.

Hybrid IT Sudah Menjadi Arus Utama

Apa yang dimaksud dengan hybrid IT atau TI hibrida? Hybrid IT adalah ekosistem TI yang terdiri dari gabungan antara perangkat keras dan perangkat lunak berbasis awan dan nonawan. Strategi ini paling sering digunakan perusahaan untuk secara selektif memindahkan data atau beban kerja ke ekosistem berbasis awan sambil tetap mempertahankan teknologi lain di lingkungan nonawan.

Ekosistem hybrid IT dapat terdiri dari beragam model operasi hibrida, termasuk multi-cloud (layanan awan yang disediakan lebih dari satu penyedia layanan), hybrid cloud (public cloud dan private cloud), atau kombinasi keduanya, selain komponen nonawan (Gambar 1). Bahkan, kebanyakan perusahaan sudah menggunakan lebih dari satu penyedia layanan awan.

Skenario yang umum bagi sejumlah perusahaan adalah penggunaan perangkat lunak berlisensi di pusat data lokal mereka (nonawan), berbarengan dengan aplikasi SaaS (software as a service) baru dan modern yang diperoleh dari satu vendor atau lebih (awan). Pada beberapa kasus, perangkat lunak berlisensi tersebut (nonawan) dapat dipindahkan dengan metode “lift and shift” ke penyedia IaaS (infrastructure as a service) berskala hiper seperti AWS atau Microsoft. Kedua skenario ini merupakan konfigurasi hybrid IT yang umum.

Gambar 1. Ekosistem hybrid IT.

Mengapa Hybrid IT Penting?

Pelaku transformasi digital TIDAK perlu memulai dari awal dengan aplikasi dan infrastruktur berbasis awan yang serbabaru. Hybrid IT adalah solusi nyata yang pragmatis bagi kebanyakan perusahaan, dengan solusi nonawan yang berfungsi sebagai landasan untuk melaksanakan peta jalan transformasi digital. Langkah transformasi yang dilakukan secara bertahap, misalnya memindahkan pengembangan aplikasi dan beban kerja pengujian, kemampuan pemulihan bencana, gudang data, serta sejumlah besar data (seperti IoT —internet of things) ke awan, atau berinvestasi secara strategis pada aplikasi SaaS adalah beberapa contoh yang menghasilkan portofolio berupa ekosistem awan dan nonawan — yang dikenal dengan istilah hybrid IT — di perusahaan.

Mengingat investasi besar perusahaan pada ekosistem TI mereka saat ini, baik dalam bentuk waktu, uang, maupun tenaga, sekaligus termasuk pengubahsuaian yang telah dilakukan; sulit mencari pembenaran untuk beralih dari solusi yang saat ini berfungsi sesuai kebutuhan. Walaupun beberapa perusahaan cukup melakukan virtualisasi untuk menyederhanakan kebutuhan komputasi mereka sebelum pindah sepenuhnya ke awan, kebanyakan perusahaan masih akan menyisakan sejumlah teknologi (baik infrastruktur maupun aplikasi) dalam bentuk nonawan, misalnya aplikasi kompleks yang vital bagi bisnis.

Perubahan pasar terkini telah memaksa beberapa perusahaan untuk menunda proyek awan. Sementara, bagi perusahaan lain, jadwal peta jalan awan mereka dipercepat agar dapat beradaptasi dengan tuntutan-tuntutan baru pelanggan. Namun, pendekatan migrasi secara bertahap masih diperlukan karena solusi yang ada tidak dapat diganti sekaligus, atau secara bisnis tidak masuk akal untuk mengganti semuanya. Bagi perusahaan yang mengalami salah satu skenario ini, arsitektur hybrid IT mampu menjawab permasalahan ini dengan lebih baik. Masa transisi kemungkinan akan berlangsung lama seiring bertambahnya proyek awan — sedikit demi sedikit — ke portofolio perangkat keras dan perangkat lunak perusahaan. Hybrid IT akan terus bertahan selama tahun-tahun transisi; dan bahkan mungkin selamanya bagi beberapa perusahaan.

Faktor lain yang menentukan jangka waktu skenario hybrid IT adalah kurang sepadannya fungsi pada produk awan ketika dibandingkan dengan produk nonawan. Banyak komponen TI (terutama aplikasi ubah suai dengan kompleksitas tinggi yang memerlukan daya komputasi besar) yang tidak memiliki padanan fungsi di awan. Para CIO lebih memilih untuk memvirtualisasi infrastruktur mereka sambil menunggu produk awan mencapai kematangan. Sambil menunggu — atau lebih tepatnya mengerahkan seluruh aset yang ada — mereka berinvestasi pada layanan awan yang membuat mereka mampu melaksanakan prioritas bisnis.