Find Us On Social Media :

Penyebab Pertumbuhan Pelanggan Netflix Melambat

By Adam Rizal, Sabtu, 24 Oktober 2020 | 16:30 WIB

Netflix

Firma riset pasar Emarketer memperkirakan layanan streaming film dan serial TV Netflix diprediksi mengalami pertumbuhan pelanggan yang melambat dalam beberapa tahun ke depan.

Pertumbuhan jumlah pelanggan baru Netflix juga melambat semenjak pada awal 2020. Perlambatan itu diduga karena mayoritas orang yang mulai mengalihkan aktivitas mereka dari kegiatan di dalam rumah selama pandemi COVID-19 menjadi kegiatan di luar ruangan.

Dalam laporan yang dipublikasi oleh perusahaan, Netflix hanya menjaring sekitar 2,2 juta pelanggan pada kuartal III 2020 (Juli - September).

Jumlah itu masih belum mencapai target perusahaan yang mematok sekitar 3,4 juta pelanggan baru tahun ini.

Secara keseluruhan, Netflix diprediksi memiliki 195,2 juta pelanggan di seluruh dunia. Meski demikian, Netflix masih tetap unggul untuk tahun ini dengan 28 juta pelanggan tambahan selama sembilan bulan pertama tahun 2020.

Hal ini menjadikan Netflix perusahaan yang paling banyak penambahan pelanggannya per tahun sepanjang sejarahnya.

Momentum ini diprediksi akan berakhir jika melihat tren saat ini, di mana Netflix hanya memproyeksikan 6 juta pelanggan baru pada periode Oktober-Desember 2020. Tahun lalu, proyeksi Netflix adalah 8,8 juta pelanggan.

Meski melambat, tetapi pertumbuhan Netflix diprediksi masih akan didominasi oleh pelanggan yang berada di wilayah Asia Pasifik sampai 2024 mendatang.

Emarketer melihat pertumbuhan pengguna Netflix di wilayah Asia Pasifik terjadi sejak aturan karantina wilayah diberlakukan oleh setiap negara, sehingga membuat banyak orang menghabiskan waktunya di dalam rumah untuk menonton video streaming.

Emarketer merilis daftar peringkat negara di wilayah Asia Pasifik yang mengalami peningkatan jumlah pengguna yang mengunduh video streaming per satu bulan.

Cina menduduki urutan teratas dengan jumlah peningkatan mencapai 92,5 persen. Kemudian posisi selanjutnya disusul oleh Australia (79 persen), Korea Selatan (78,5 persen), Indonesia (74,5 persen), Jepang (71 persen), dan India (65,2 persen).

Tingginya angka pertumbuhan konsumsi video streaming di wilayah Cina didominasi oleh beberapa platform, seperti iQiyi, Youku, dan Tencent Video.