Find Us On Social Media :

Lima Paradigma Baru Keamanan Siber untuk Pengalaman Digital Lebih Inklusif

By Liana Threestayanti, Minggu, 25 Oktober 2020 | 12:30 WIB

Ilustrasi keamanan siber

Keragaman data diperlukan untuk memahami serangan bertema COVID-19 dalam konteks yang lebih luas. Berdasarkan data Microsoft 2020, terdapat jutaan pesan bertarget ancaman beredar setiap harinya di mana para penjahat siber ini utamanya menambahkan umpan bertema pandemi baru ke malware yang sudah dikenal dan kurang dari dua persen menyertakan lampiran atau URL berbahaya terkait COVID-19. Meskipun serangan malware ini mengalami penurunan, hal ini bertepatan dengan saat para penjaga siber mulai meningkatkan pelatihan kesadaran phishing di banyak perusahaan. Ini adalah contoh bagaimana insights berdasarkan data yang baik dapat membantu mengurangi kapasitas serangan dari musuh siber.

Ketahanan Siber 

Sektor bisnis saat ini lebih bergantung pada teknologi cloud daripada sebelumnya, sehingga pendekatan komprehensif untuk ketahanan operasional harus mencakup ketahanan siber atau cyber resilience. Microsoft mendapatkan keuntungan dari strategi yang berfokus pada empat skenario ancaman dasar: peristiwa yang direncanakan seperti insiden cuaca, peristiwa yang tidak direncanakan seperti gempa bumi, peristiwa hukum seperti serangan siber, dan pandemi seperti COVID-19. 

Ini memungkinkan tim Microsoft untuk membuat rencana penanggulangan yang lebih spesifik yang memanfaatkan fleksibilitas teknologi cloud dan arsitektur Zero Trust selain juga mempersiapkan para karyawan dan pimpinan dengan pelatihan dan latihan simulasi dengan studi kasus. 

Keamanan Terintegrasi

Wabah COVID-19 telah menunjukkan betapa gesitnya penjahat siber. Untuk mampu mengidentifikasi teknik serangan dan menghentikannya sebelum terjadi kerusakan nyata, organisasi harus dapat melihat keseluruhan aplikasi, titik akhir (end point), jaringan (network), dan para pengguna (user). Maka, solusi keamanan siber yang lebih terintegrasi diperlukan untuk memastikan bahwa serangan berikutnya tidak akan menjadi titik buta atau keuntungan bagi para penjahat siber.

“Pada akhirnya, meskipun akselerasi digital akan terus memengaruhi perubahan paradigma yang membentuk industri kita, ada satu hal yang tetap sama yakni teknologi keamanan yang pada dasarnya dapat meningkatkan produktivitas dan kolaborasi melalui pengalaman pengguna yang aman dan inklusif,” pungkas Haris.