Find Us On Social Media :

Microsoft: Budaya Inovasi Justru Tumbuh di Tengah Pandemi

By Liana Threestayanti, Rabu, 2 Desember 2020 | 18:00 WIB

Haris Izmee, President Director Microsoft Indonesia

Di tengah situasi pandemi COVID-19, budaya inovasi justru tumbuh di antara organisasi di Asia Pasifik, sebagai landasan ketahanan bisnis dan pemulihan ekonomi. 

Studi Microsoft-IDC memperlihatkan bahwa organisasi di seluruh Asia Pasifik telah merangkul budaya inovasi (culture of innovation) untuk merespons tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi dan menata ulang diri untuk masa depan. 

Pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa tidak ada bisnis yang 100 persen tahan banting, tapi bisnis yang diperkuat oleh teknologi digital akan menjadi lebih tangguh dan lebih mampu bertransformasi ketika dihadapkan dengan perubahan struktural massal. 

Sejak Pandemi, Inovasi Lebih Mudah

Ini adalah salah satu temuan dari studi Microsoft-IDC mengenai “Culture of Innovation” atau budaya inovasi, yang di rilis di sela-sela perhelatan Microsoft Cloud Innovation Summit (MCIS) yang digelar secara virtual dengan tema “Memberdayakan Indonesia di Tengah Pandemi Melalui Jalur Digital Menuju Ketahanan Bisnis Dengan Cloud Hybrid”.

“Organisasi di Indonesia telah menyadari betapa kemampuan mereka untuk berinovasi mendorong kinerja dan ketahanan bisnis mereka selama krisis. Sejak COVID-19, 61% organisasi di Indonesia, hampir sama dengan para pemimpin di Asia Pasifik (64%), menganggap inovasi menjadi lebih mudah. Ini menunjukkan bagaimana perusahaan di Indonesia merangkul budaya inovasi untuk menjadi lebih siap dan mempercepat transformasi mereka,” jelas Daniel-Zoe Jimenez, Associate Vice President (AVP), Head of Digital Transformation (DX), IDC Asia / Pacific.

Temuan ini merupakan hasil dari survei terhadap 213 pengambil keputusan bisnis dan 234 pekerja di Indonesia dalam periode 6 bulan, sebelum dan sejak COVID-19. Studi di Indonesia merupakan bagian dari survei yang lebih luas di antara 3.312 pengambil keputusan bisnis dan 3.495 pekerja di 15 pasar di Asia Pasifik yang dilakukan dalam periode waktu yang sama. Bertajuk "Budaya Inovasi: Landasan untuk ketahanan bisnis dan pemulihan ekonomi di Asia Pasifik”, buku ini mengungkap bagaimana organisasi dapat berhasil mendorong ketahanan dan kinerja bisnis melalui inovasi.

Inovasi Bukan Lagi Pilihan

Selain itu sebesar 74% organisasi di Indonesia telah mempercepat digitalisasi untuk beradaptasi dengan situasi normal yang baru. Mulai dari meluncurkan produk digital, memperkenalkan pembayaran online, hingga merangkul e-commerce dan melakukan otomatisasi. Ini lebih rendah di banding 87% pemimpin bisnis yang melakukan hal yang sama.

“Inovasi bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Kami telah melihat bagaimana krisis baru-baru ini mendorong transformasi di seluruh wilayah, dan organisasi harus mengintegrasikan kemampuan untuk berinovasi ke dalam inti mereka, untuk memulihkan diri,” kata Haris Izmee, Presiden Direktur, Microsoft Indonesia. 

Menurut Haris Izmee, awalnya penelitian ini dibuat untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik seputar hubungan antara memiliki budaya inovasi dengan pertumbuhan organisasi. "Tapi sekarang, lebih dari sekadar mencapai pertumbuhan, kami melihat bahwa memiliki budaya inovasi yang matang berarti ketahanan dan kekuatan untuk menahan krisis ekonomi dan memulihkan diri,” imbuh Haris.

Organisasi Prioritaskan SDM dan Teknologi