Find Us On Social Media :

Bitcoin Dituding Sebagai Penyebab Kota-Kota di Iran Gelap Gulita

By Wisnu Nugroho, Minggu, 24 Januari 2021 | 13:29 WIB

Bitcoin dituding sebagai penyebab kota-kota di Iran gelap gulita

Sebagian kota di Iran, termasuk ibukota Teheran, dalam beberapa minggu ini mengalami masalah listrik yang serius. Aliran listrik bisa padam berjam-jam, yang mengganggu aktivitas harian jutaan warga Iran. Pemutusan aliran listrik ini terjadi karena kapasitas listrik yang tersedia tidak sanggup memenuhi kebutuhan.

Pemerintah Iran pun mencoba menelusuri sumber masalah. Penyidikan menyimpulkan, penyebab utama adalah “tambang” Bitcoin yang menggunakan listrik secara berlebihan. Pemerintah Iran pun langsung mengambil langkah sigap dengan menutup 1600 tambang Bitcoin, termasuk tambang yang resmi.

Bagi Anda yang belum tahu, sistem Bitcoin memungkinkan setiap orang untuk “menambang” koin virtual dengan memecahkan perhitungan algoritma khusus. Proses penambangan dilakukan dengan menggunakan komputer dengan sistem “siapa cepat dia dapat”. Semakin canggih komputer yang digunakan, semakin banyak Bitcoin yang bisa didapat.

Baca Juga: Penambang bitcoin bisa untung Rp.5 juta per bulan

Masalahnya, semakin canggih komputer yang digunakan, semakin tinggi daya listrik yang dibutuhkan. Apalagi tingkat kesulitan menambang Bitcoin akan meningkat seiring naiknya persaingan. Hal ini membuat jor-joran penggunaan komputer yang lebih canggih tidak terbendung, yang berarti semakin besarnya daya yang dibutuhkan.

Pemerintah Iran sendiri sebenarnya mendorong munculnya industri penambangan Bitcoin di negara tersebut. Bitcoin dianggap alat transaksi alternatif di tengah sanksi ekonomi negara barat ke Iran. Pemerintah Iran pun memberi insentif kepada penambang Bitcoin, mulai dari memberi izin khusus sampai meringankan biaya impor perangkat yang dibutuhkan untuk membangun penambangan Bitcoin.

Saat ini, ada 24 pusat penambangan Bitcoin resmi di Iran, yang tiap harinya mengkonsumsi 300 MW listrik. Sebagian pusat penambangan Bitcoin tersebut juga dimiliki investor asing.

Namun inisiatif seputar Bitcoin itu kini menjadi bumerang. Pemerintah Iran akhirnya menutup banyak pusat penambangan Bitcoin, baik yang legal maupun ilegal. Mohammad Hassan Motavalizadeh, pemimpin Tavanir (PLN-nya Iran), mengatakan pihaknya telah menyita 45 ribu komputer penambang Bitcoin dalam beberapa hari terakhir. Mesin penambang ini diperkirakan mengkonsumsi sampai 96 MWh saat beroperasi.

Sikap Pemerintah Iran ini tentu saja diprotes para penambang Bitcoin. Mereka menganggap, Bitcoin hanyalah kambing hitam dari kegagalan manajemen Pemerintah Iran. Salah satu argumentasinya, proses penambangan Bitcoin sebenarnya hanya mengkonsumsi 2% dari total produksi listrik di Iran.