Find Us On Social Media :

Layani Lebih dari 500 Ribu User, Begini Qasir Manfaatkan Cloud AWS

By Liana Threestayanti, Selasa, 26 Januari 2021 | 23:30 WIB

Perjalanan startup Qasir di dalam menerapkan komputasi awan menarik disimak, terutama bagaimana startup ini menyesuaikan kebutuhan bisnis dengan arsitektur cloud-nya.

Startup kerap diidentikkan dengan cloud. Di antaranya karena cloud memungkinkan perusahaan rintisan memperoleh sumber daya komputasi sesuai kebutuhan dan mengakomodasi kebutuhan startup untuk berinovasi dengan cepat.

Qasir termasuk startup yang lahir di cloud karena telah menggunakan teknologi cloud milik Amazon Web Services (AWS) sejak awal beroperasinya di tahun 2017 hingga saat ini.

Oleh karena itu, perkembangan bisnis Qasir terkait erat dengan perjalanannya di cloud bersama AWS. 

Tiga Tahap Pengembangan Cloud

Novan Andrian, Chief Technology Officer Qasir, memaparkan bahwa perjalanan Qasir di cloud bisa dibagi dalam tiga tahap: early stage (saat pengguna Qasir mencapai 0-100 ribu pengguna), growing stage (saat pengguna mencapai 100-500 ribu user), dan sustainability stage (saat pengguna Qasir mencapai lebih dari 500 ribu user).

Novan menceritakan, di early stage, untuk mengoperasikan aplikasinya, Qasir menggunakan arsitektur cloud yang terbilang sederhana, berupa tiga Amazon Elastic Compute Cloud (EC2) statis, Amazon Relational Database Service (RDBS) MySQL, dan beberapa layanan managed services, seperti Elasticache, Simple Queue Service, Simple Email Service, dan Simple Storage Service (S3).

Saat jumlah pengguna bertambah dan mencapai 100 ribu, Qasir mengembangkan dari sisi elastic compute saja karena pertambahan bebannya di sana. "Kami juga memisahkan beberapa fungsi aplikasi ini ke server terpisah. Tujuannya adalah agar yang membutuhkan resources tinggi bisa disatukan di satu tempat, dan yang membutuhkan resources rendah juga ditaruh di tempat terpisah sehingga tidak mengganggu satu sama lain," jelas Novan.

Namun begitu jumlah pengguna menyentuh angkai 500 ribu, Qasir harus mengubah arsitektur cloud-nya. Di sustainability stage ini, Qasir mulai mencatatkan pertumbuhan yang sangat pesat. Novan menyebut pertumbuhan itu bisa mencapai hingga 30 ribu user per bulan. Dengan pertumbuhan jumlah pengguna yang signifikan, menurut Novan, akan merepotkan jika kebutuhan komputasi dipenuhi dengan terus-menerus menambah jumlah elastic compute saja.

Beralih ke Auto Scaling

Di titik inilah Qasir memutuskan untuk beralih ke Auto Scaling group. Layanan ini memungkinkan sistem Qasir melakukan scaling up atau scaling down sesuai dengan traffic secara otomatis dan tanpa downtime. Auto Scaling group sendiri berisi sejumlah instances Amazon EC2 yang diperlakukan sebagai logical grouping agar dapat melakukan scaling dan pengelolaan otomatis.

Salah satu manfaat yang dirasakan Qasir setelah menggunakan Auto Scaling group adalah penghematan biaya. "Sebelumnya kami menggunakan static Elastic Compute, sehingga ketika traffic tinggi ataupun rendah kami membayar dengan harga yang sama. Tapi begitu kami menggunakan Auto Scaling group, biaya kami menurun 500 dolar per bulan," papar Novan Adrian.

Dengan adanya penghematan ini, Qasir dapat mengalokasikan anggaran tersebut untuk kebutuhan lain yang lebih strategis, misalnya untuk tool pengembangan aplikasi. 

Dari segi pengelolaan infrastruktur, Novan merasakan kemudahan dengan adanya Amazon CloudWatch dan Managed Services, sehingga Qasir tidak perlu mempekerjakan tim DevOps yang bertugas untuk mengawasi 24 jam. 

Bicara soal keamanan, Novan menuturkan bahwa semua data UMKM ditangani oleh Qasir agar usahawan dapat fokus untuk memuaskan pelanggan dan menjalankan bisnisnya tanpa perlu memikirkan tentang infrastruktur dan keamanan data. Maka, keamanan infrastruktur cloud yang disediakan oleh AWS menjadi salah satu keunggulan Qasir bagi pelaku usaha.

“AWS adalah suatu ekosistem yang sangat fleksibel dan mampu mendukung startup, apapun skala dan ukurannya, bahkan mulai dari ukuran yang terkecil sekalipun, yang baru muncul dan masih mencari infrastruktur yang tepat. AWS adalah wadah yang tepat untuk mulai tumbuh menjadi perusahaan yang besar. Pelajaran yang telah kami petik adalah, untuk memulai sesuatu, apapun bisa dilakukan dengan AWS. Jangan takut untuk melakukan kesalahan, karena safety net di AWS sangat bagus. AWS juga memiliki tim konsultan bisnis dan Solutions Architect yang senantiasa siap membantu," tutur Novan Andrian.

Berawal dari POS

Sebagai bisnis, Qasir memulai operasinya murni sebagai ekosistem Point of Sale (POS). Namun kini, bisnis Qasir mencakup segala lini usaha UMKM, mulai dari layanan keuangan, POS dan pembayaran, pemasaran, back-margin, hingga supply.

Saat ini, lebih dari 500 ribu pelaku UMKM telah bergabung ke dalam ekosistem Qasir dan tercatat lebih dari 23 juta kali transaksi dengan nilai lebih dari Rp4,5 triliun. Kebanyakan UMKM yang terdaftar di Qasir bergerak di bidang F&B (makanan dan minuman), minimarket dan toko kelontong, dan layanan seluler seperti pulsa.

Model bisnis Qasir dikenal dengan nama ‘freemium’, yakni menyediakan sejumlah fitur gratis yang dapat dinikmati tanpa dikenakan biaya (versi basic), namun juga menawarkan beberapa fitur ekslusif yang lebih canggih dan sifatnya berbayar (versi pro). Beberapa fitur tersebut antara lain: laporan penjualan otomatis, absensi, kelola diskon, pengaturan struk agar tampilannya sesuai dengan identitas brand, pembuatan website usaha, cetak tiket pesanan, ringkas struk, dan memudahkan pembuatan catatan tambahan pada struk. Semua fitur di atas tersedia secara terpisah dan harganya pun terjangkau, sehingga usahawan dapat berlangganan fitur-fitur yang diinginkan saja sesuai dengan kebutuhan.

Bantu Permodalan dan Lain-lain

Dengan teknologi Qasir, UMKM terbantu bukan hanya dari segi teknologi, melainkan dalam hal permodalan pula. Saat ini, Qasir bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial (fintech) Qazwa yang bergerak dalam bidang pembiayaan Syariah serta KoinWorks. 

Di luar permodalan, Qasir juga menawarkan penyediaan bahan baku (fulfillment), integrasi dengan payment point online bank (PPOB) untuk menciptakan produk digital yang kompetitif, integrasi dengan QRIS untuk pembayaran digital, dan membuat wadah dalam bentuk komunitas bernama EduQasir bagi pelaku UMKM untuk bertukar wawasan dan pengetahuan. Bahkan, dengan terbentuknya komunitas tersebut, Qasir dapat menjangkau beberapa daerah terluar seperti provinsi Papua.