Find Us On Social Media :

BitHealth dan Upaya Percepat Digitalisasi Sektor Kesehatan

By Liana Threestayanti, Senin, 29 Maret 2021 | 20:30 WIB

CEO BitHealth, Agus Wismoyo: tiga teknologi--analytics dan AI, digital application, dan automasi--memiliki potensi besar untuk mendukung para penyedia layanan kesehatan beroperasi secara efektif dan efisien saat ini maupun nanti.

Langkah ini dapat membantu rumah sakit menghindari penyimpanan stok yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Dan agar inventory dapat disesuaikan dengan situasi terkini dari rumah sakit, Agus menyarankan penerapan teknologi, seperti machine learning, pada sistem yang menangani inventory. 

Sebaiknya Mulai Membuat Roadmap

Berbicara tentang pemanfaatan teknologi informasi di sektor kesehatan, khususnya rumah sakit, Agus melihat masih adanya perbedaan tingkat kematangan (maturity) teknologi. 

“Tentunya ini sesuatu yang menjadi PR kita bersama. Namun kalau saya bicara banyak dengan (pihak) rumah sakit,  saya kira sekarang sudah mulai tumbuh urgensi bahwa ‘I think we need technology’, terutama dengan adanya COVID-19 ini, sudah mulai tumbuh awareness,” ujarnya.

Perbedaan tingkat kematangan dan adopsi teknologi ini tidak menjadi masalah, menurut Agus. “Namun yang terpenting mereka harus mulai. Rumah sakit harus mulai membuat roadmap,” tegasnya. 

Dengan memiliki roadmap, rumah sakit dapat mengidentifikasi area-area yang harus ditingkatkan dalam jangka waktu tertentu agar rumah sakit bisa tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat maupun perubahan pasar.

Tantangan Telekonsultasi

Salah satu teknologi yang digadang-gadang akan mengubah masa depan pelayanan kesehatan adalah telemedicine atau teleconsultation. Diakui oleh Agus bahwa telemedicine akan menjadi solusi yang potensial di masa depan mengingat adanya pembatasan interaksi/kontak fisik. 

“Apakah ini akan menjadi solusi yang berdiri sendiri? Saya kira tidak ya,” lanjut Agus. Menurutnya, konsultasi kesehatan tidak bisa dilakukan hanya melalui chatting dengan dokter, tapi dibutuhkan juga data yang diperoleh dari pemeriksaan tambahan.  

Sebagai contoh, rumah sakit bisa mengaplikasikan telekonsultasi tapi mengintegrasikannya dengan alat.  "Misalnya alatnya adalah stetoskop, yang mungkin dipegang oleh pasien. Jadi pasien itu sendiri punya alat yang mana alatnya bisa jadi diberikan sama rumah sakit," kata Agus. 

Jadi, menurut Agus, yang akan menjadi tantangan bagi sektor kesehatan/rumah sakit adalah bagaimana mengintegrasikan teleconsultation atau telemedicine ini dengan solusi kesehatan yang sudah ada di rumah sakit. 

“Jadi experience-nya itu akan online dan offline ya. Jadi ada (konsultasi) yang secara tele, ada yang offline, kemudian ke online lagi,” tutur Agus Wismoyo. Dan proses dari online ke offline atau sebaliknya itu harus berjalan mulus. Ia juga mengingatkan bahwa akan ada data medis yang secara kontinu digunakan dalam proses konsultasi ini.