Find Us On Social Media :

Marketing di Aplikasi Mobile Berpotensi Rebound pada Ramadan Tahun Ini

By Rafki Fachrizal, Kamis, 8 April 2021 | 11:00 WIB

Ilustrasi Ramadan

Sementara pada pekan pertama setelah Ramadan, aplikasi kategori Shopping berada di atas negative hingga 1%, yang berarti para marketer aplikasi kategori Shopping dapat mengalokasikan lebih banyak anggaran belanja iklan mereka dalam dua pekan terakhir Ramadan dan setelah Idul Fitri sekaligus terus berinvestasi ke dalam remarketing untuk hasil yang positif.

Begitu juga dengan aplikasi Travel yang mencapai tingkat uninstall dengan kisaran 60% hingga 70% sebelum dan ketika Ramadan, tetapi mengalami peningkatan ke hanya sebesar 53% seusai Ramadan.

Dengan lebih banyak user beradaptasi terhadap new normal (kenormalan baru), tren ini kemungkinan akan pulih dan berbalik pada paruh kedua 2021 karena pelonggaran kebijakan pembatasan sosial di berbagai wilayah.

“Kami mengamati sejumlah tren menarik dari Ramadan 2020 yang bisa digunakan para marketer dalam merancang kampanye Ramadan 2021 mereka. Karena sesi aplikasi biasanya meningkat, sementara waktu untuk pembelian pertama lebih cepat terjadi ketika periode akhir Ramadan hingga setelah Idul Fitri. Marketer harus memanfaatkan user engagement yang meningkat ini untuk mengaktifkan ulang kampanye remarketing,” kata Customer Success Manager Indonesia AppsFlyer APAC Luthfi Anshari.

Lebih lanjut, Luthfi mengatakan bahwa dalam hal mobile fraud, para marketer harus berinvestasi dalam solusi perlindungan, terutama untuk aplikasi Finance dan Entertainment, karena mereka adalah vertikal yang yang biasanya menjadi target fraudster.

AppsFlyer menghitung rata-rata 20,3% fraud di APAC pada Semester 1 (H1) 2020, 54% lebih tinggi dari tingkat global.

Di seluruh wilayah, aplikasi Finance terus menjadi yang paling rentan terhadap Mobile Ad Fraud, dengan 60% dari semua NOI diatribusikan sebagai fraud.

Aplikasi Entertainment juga sangat terdampak oleh fraud dengan +47% dari semua penginstalan dianggap sebagai fraud, dan Singapura mengalami hampir dua pertiganya diatribusikan sebagai fraud pada 2020.

Serangan mobile ad fraud paling umum adalah bots, berkontribusi hingga 94% dari semua serangan fraud selama Ramadan 2020.

Baca Juga: Rumah Sakit Jadi Target Utama Serangan Siber, Ini Penyebabnya