Find Us On Social Media :

Ericsson Dinobatkan Sebagai Pemimpin dalam 5G Network Infrastructure

By Cakrawala, Jumat, 16 April 2021 | 23:30 WIB

Ilustrasi jaringan 5G.

Ericsson hari ini menyampaikan keberhasilannya dinobatkan sebagai pemimpin dalam global 5G network infrastructure pada tahun 2020 oleh Frost & Sullivan. Dengan kata lain, pada pasar infrastruktur jaringan 5G di dunia, menurut Frost & Sullivan, Ericsson adalah yang terdepan untuk tahun 2020. Ericsson menjelaskan keberhasilan itu diperoleh berkat banyaknya perjanjian 5G komersial dengan operator telekomunikasi yang dimiliki olehnya, begitu pula dengan banyaknya jaringan 5G yang ditenagainya yang sudah live alias beroperasi.

Penilaian Frost & Sullivan ini sendiri menggnakan Frost Radar yang didefinisikan sebagai perkakas untuk menganalisis yang membolehkan Frost & Sullivan menilai para perusahaan berdasarkan dua indeks utama atau kunci. Kedua indeks utama itu adalah fokus perusahaan pada inovasi yang kontinu dan kemampuannya untuk menerjemahkan aneka inovasi yang dimiliki ke dalam pertumbuhan yang konsisten.

“Kami senang dinobatkan sebagai pemimpin dalam kategori 5G network infrastructure market oleh Forst & Sullivan. Prestasi luar biasa ini mengakui pengabdian kami dalam penelitian dan pengembangan (R&D) dan kepemimpinan teknologi, serta tekad terhadap inovasi untuk kepentingan pelanggan dan negara tempat kami beroperasi. Kami siap menghadirkan solusi terdepan bagi Indonesia dan terus mendukung agenda pemerintah dalam mempercepat era Revolusi Industri 4.0, sebagaimana kami telah berkontribusi di negara ini sejak tahun 1907," ujar Jerry Soper (Country Head Ericsson Indonesia).

“Ericsson membuktikan kemampuannya meningkatkan inovasi secara global dengan 2G, 3G, 4G, dan sekarang 5G. Untuk teknologi 5G, perusahaan memiliki 72 jaringan 5G live di 37 negara [tingkat tertinggi yang dilaporkan secara publik menurut Frost & Sullivan]. Perusahaan tersebut melakukan investasi dalam jumlah besar untuk R&D, yang menjadi unsur penting di pasar tempat teknologi terus berkembang,” jelas Troy Morley (Senior Industry Analyst, Information & Communication Technology group Frost & Sullivan). "Dalam beberapa tahun belakangan, Ericsson menyesuaikan keseluruhan strateginya untuk memusatkan perhatian pada profitabilitas. Akhir-akhir ini, perusahaan menunjukkan bahwa upaya tersebut menunjukkan hasil baik, dan perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitas dan posisi keuangan secara berarti," tambahnya lagi.

Sampai hari ini, Ericsson mengklaim telah memiliki lebih dari 130 perjanjian 5G komersial dengan operator telekomunikasi dan menenagai 83 jaringan 5G yang sudah beroperasi di berbagai belahan dunia. Jumlah ini tentunya lebih tinggi dari yang dinilai Frost & Sullivan berhubung terdapat selisih waktu; penilaian dilakukan beberapa waktu lalu.

Di Indonesia jaringan 5G memang belum tersedia. Namun, berbagai produk yang ditawarkan Ericsson bisa mempercepat kehadiran jaringan 5G di tanah air apabila nantinya spektrum frekuensi 5G telah tersedia secara resmi. Jaringan 5G sendiri menawarkan berbagai kelebihan dibandingkan jaringan 4G, bukan sekadar kecepatan maksimal yang lebih tinggi. Lebih jelasnya bisa dilihat di sini.

Produk Ericsson yang bisa mempercepat implementasi jaringan 5G misalnya adalah Massive MIMO (multiple-input and multiple-output) dan RAN (radio access network) Compute. Belum lama ini, Ericsson melengkapi maupun mengembangkan portofolio Massive MIMO dan RAN Compute-nya itu, seperti yang InfoKomputer sampaikan di sini. Ericsson mengklaim tawaran-tawaran baru tersebut bisa meningkatkan efisiensi energi, fleksibilitas, serta kapasitas implementasi. Alhasil bisa mempercepat implementasi jaringan 5G pada pita frekuensi menengah alias 1 GHz sampai 6 GHz.

Sebelumnya, pada Februari 2021 lalu, Ericsson juga dinobatkan sebagai pemimpin pada 2021 Magic Quadrant for 5G Network Infrastructure for Communications Service Providers oleh Gartner. Gartner menilai Ericsson memiliki kelengkapan visi dan kemampuan untuk mengeksekusi yang terdepan. Adapun penilaian yang dilakukan Gartner adalah bagaimana perusahaan seperti Ericsson membuat kinerja penyedia TI menjadi kompetitif, efisien, dan efektif serta secara positif memengaruhi pendapatan, retensi, dan reputasi; sesuai pendangan Gartner terhadap pasar.