Find Us On Social Media :

Peran Data Fabric NetApp di Keberhasilan Pengembangan Vaksin Covid-19

By Wisnu Nugroho, Jumat, 11 Juni 2021 | 08:06 WIB

Data fabric NetApp berperan penting dalam pengembangan vaksin AstraZeneca

AstraZeneca adalah perusahaan farmasi multinasional yang berpusat di Cambridge, Inggris. Namanya menjadi populer saat ini karena menjadi salah satu perusahaan yang berhasil mengembangkan vaksin Covid-19. 

Prosesnya pun terbilang cepat. Vaksin Covid-19 AstraZeneca mendapat persetujuan Pemerintah Inggris pada 30 Desember 2020, atau sekitar 4 bulan sejak percobaan klinis dilakukan. 

Ada beberapa alasan mengapa AstraZeneca vaksin berhasil mengembangkan vaksin Covid-19 demikian cepat. Satu alasan yang mungkin belum banyak diketahui orang adalah keberhasilan AstraZeneca mengelola data.

AstraZeneca menggunakan teknologi NetApp yang memungkinkan data terdistribusi di server on-premise maupun layanan public cloud seperti AWS, Azure, dan Google Cloud. Semua data itu tersimpan dalam set of services yang sama, sehingga pihak yang berkepentingan (seperti peneliti, ilmuwan, dan regulator) mendapatkan informasi yang konsisten dan up-to-date. Tanpa teknologi NetApp, hal seperti ini sulit dicapai karena harus ada proses konversi data yang kompleks dan memakan waktu.

Transformasi NetApp

Cerita AstraZeneca di atas sedikit banyak menggambarkan transformasi yang dilakukan NetApp, perusahaan asal Sunnyvale, California, yang berdiri pada tahun 1992. Jika dahulu lebih dikenal sebagai penyedia produk storage, NetApp kini memposisikan dirinya sebagai cloud-led data-centric company. Dan berkaca dari kisah AstraZeneca, transformasi tersebut mulai membuahkan hasil. 

“Sebenarnya transformasi ini sudah dimulai ketika CEO NetApp, George Kurian, merilis NetApp Data Fabric Vision pada tahun 2014,” ungkap Ana Sopia (Country Manager NetApp Indonesia). 

Transformasi bisnis seperti ini sebenarnya bukan hal baru bagi NetApp. “NetApp telah melakukan transformasi berkali-kali, karena kami selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di market,” ungkap Ana. 

Perubahan NetApp menjadi perusahaan berbasis cloud tidak lepas dari keyakinan akan teknologi ini ke depan. “Menurut kami, hybrid cloud ecosystem akan menjadi major game changer di masa depan,” ungkap Ana. Hybrid cloud menjadi pilihan ideal bagi banyak perusahaan, yang ingin mendapatkan keseimbangan antara agility (yang ditawarkan cloud) dengan kontrol (yang ditawarkan on-premise).

Di ekosistem hybrid cloud seperti inilah, konsep data fabric menjadi relevan. Data fabric pada dasarnya adalah arsitektur dan data services yang memungkinkan konsistensi layanan data di lingkungan on-premise maupun cloud. Data yang didesain untuk lingkungan on-premise, dengan mudah bisa langsung dipindahkan ke cloud tanpa harus dimodifikasi. 

Konsistensi ini memudahkan perusahaan mengelola dan mendapatkan insight dari semua data yang mereka miliki, terlepas dari lokasi penyimpanan data tersebut. “Jadi tujuan kami adalah memberikan data-rich customer experience,” tambah Ana.

Manfaat Hybrid Cloud dan Multi Cloud

Untuk mewujudkan konsep data fabric ini, NetApp telah bekerjasama dengan tiga penyedia layanan cloud global, yaitu Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, dan Google Cloud. 

Dukungan terhadap tiga penyedia layanan cloud terbesar itu membuat solusi data fabric NetApp tidak cuma cocok untuk strategi hybrid cloud, namun juga multi-cloud. Data yang tersimpan di tiga penyedia cloud tersebut tetap bisa “berbicara” atau berinteraksi, yang berarti menghilangkan kompleksitas yang biasanya terjadi. 

“Hybrid cloud ecosystem akan menjadi major game changer di masa depan” (Ana Sopia, Country Manager NetApp Indonesia)

Fleksibilitas menempatkan data di mana saja seperti yang ditawarkan NetApp ini diklaim akan memberi banyak manfaat bagi perusahaan. “Salah satu contohnya adalah freedom of choice, karena customer dapat mengkombinasikan resources di on-premise dan cloud,” ujar Ana. 

Ana mengambil contoh skenario di perusahaan e-commerce, yang menghadapi lonjakan trafik jauh di atas rata-rata ketika terjadi harbolnas. Di kondisi ini, perusahaan e-commerce tersebut bisa langsung memanfaatkan sumber daya yang di cloud. Lalu ketika momen harbolnas selesai, beban sistem kembali ditangani oleh infrastruktur on-premise yang relatif lebih mudah dikontrol dari sisi operasi maupun biaya.

Manfaat lain dari data fabric NetApp adalah perusahaan bisa menjajal teknologi terbaru (seperti Artificial Intelligence atau big data) yang dimiliki penyedia layanan cloud. Perusahaan bisa mengukur terlebih dahulu manfaat dari teknologi baru tersebut sebelum mengambil keputusan. “Customer bisa mencoba dan membayar sesuai dengan service yang digunakan, sehingga kebutuhan belanja modal bisa dievaluasi dan diputuskan secara tepat,” ungkap Ana.

Singkat kata, NetApp berkeyakinan solusi data fabric akan memudahkan perusahaan dalam memanfaatkan data sebagai aset berharga. Dan kisah AstraZeneca di atas mengkonfirmasi kemudahan tersebut.